Menjadi Guru Peneliti di Era Kurikulum Merdeka

Dilihat 1262 kali
Seorang guru adalah peneliti dalam proses transfer knowledge

Oleh: P. Budi Winarto, S.Pd*)


MENJADI guru peneliti adalah sebuah strategi dalam pengembangan kompetensi guru sebagai pelaku perubahan seperti yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka. Menjadi guru yang gemar melakukan tindakan riset atau penelitian merupakan aktualisasi nyata keberadaan diri sebagai pelaku perubahan. Bagaimana guru bisa mengembangkan diri menjadi peneliti?

Tindakan melakukan riset dan penelitian saat ini masih terasa asing di telinga guru. Kalau kita mendengar istilah riset dan penelitian, spontan yang kita bayangkan adalah para profesor di universitas yang melakukan penelitian di laboratorium atau mengadakan penelitian di lapangan dengan metode ilmiah yang rumit dan kompleks, menggunakan data-data statistik yang seringkali sulit untuk dipahami. Tindakan seperti ini sering dianggap bukan bagian dari kinerja guru.

Padahal, begitu guru masuk dalam kelas, guru sudah terlibat dalam proses penelitian/analisis kelas (Classsroom inquiri). Guru mendengarkan, mengamati, membuat hipotesis, dan menganalisis situasi kelas (kesiapan anak didik menerima pelajaran, menjelaskan di mana proses belajar yang telah mereka lalui dan yang sedang mereka pelajari, dan lain-lain). Dengan tindakan pengamatan dalam kelas ini, guru mengharapkan ada perubahan dan perbaikan dalam kualitas pembelajaran di kelas.

Kalaupun selama ini sudah menjalankan fungsi kepenelitian, tetapi guru sering hanya menjalankan fungsi kepenelitiannya begitu saja, spontan, sebagai bagian dari proses pengajaran, dan sering kali tindakan ini tanpa dilandasi pendekatan struktural konseptual yang jelas dan terstruktur. Oleh karena itu, proses tindakan di dalam kelas seringkali menjadi tidak efektif, dan kesalahan yang sama diulang terus menerus dari tahun ke tahun. Padahal, kalau guru dapat memperoleh informasi penting tentang proses belajar mengajar dari komunitas kelas, kemudian ia mencoba memahami dengan cara membuat interpretasi, guru itu pun dapat segera memperbaiki dan mengubah pendekatan pedagogi pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Jika sekolah memiliki sistem yang bagus dan tertata dalam mendokumentasikan setiap hasil penelitian dalam tindakan kelas ini, dalam beberapa tahun sekolah akan mengalami kemajuan pesat dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar ini akan selalui terbarui melalui kecanggihan dan aktualisasi data baru yang ditemukan guru di dalam kelas. Sistem penyimpanan data dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam kelas ini jika dapat diakses oleh guru lain akan memberikan sumbangan luar biasa bagi proses pembelajaran guru-guru baru. Apa yang baik, yang membantu mengembangkan proses pembelajaran proses pembelajaran di dalam kelas tidak dapat disimpan untuk diri sendiri. Pengetahuan mesti dibagikan kepada para guru lain sehingga kualitas pendidikan di sekolah itu semakin hari semakin meningkat.

Mengembangkan diri menjadi guru peneliti tidak dapat dilakukan secara individual. Ini juga menjadi tantangan bagi tiap guru di era kurikulum merdeka saat ini. Apakah sekolah mau menjadi komunitas belajar bersama sehingga kepentingan seluruh siswa dalam pembelajaran menjadi semakin terakomodasi? Menjadi guru peneliti di era kurikulum merdeka mensyaratkan bahwa dalam sebuah sekolah ada sebuah kultur kerja sama profesional yang saling mendukung.

Menciptakan sebuah komunitas belajar profesional mengandaikan bahwa para guru itu bersedia menjadi orang pertama yang berani mengevaluasi kinerjanya di dalam kelas, menganalisis situasi itu demi perbaikan proses belajar mengajar di kelas, serta mampu membagikan pengalamannya itu terhadap guru lain sehingga para guru dalam komunitas sekolah tersebut dapat bertumbuh dan berkembang dengan kehadiran para guru yang menjadi peneliti. Jika kultur pembelajaran profsional itu terjadi seperti yang diamanatkan dalam kurikulum merdeka, saya yakin, sekolah tersebut akan mengalami perubahan luar biasa, sehingga siswa pun akan mengalami pertumbuhan yang maksimal ketika mereka menjalani proses pendidikan di dalam sekolah tersebut.

Menjadi guru peneliti tidak lain adalah menjadi pembelajar (learner). Ketika orang memutuskan untuk belajar, mereka sedang melakukan penelitian. Jika guru secara sadar ingin belajar tentang cara mereka mengajar, mereka harus mengadakan penelitian. Ketika siswa ingin belajar tentang elektronika, mereka harus mengadakan penelitian. Belajar didefinisikan sedemikian rupa sehingga ketika seseorang dapat mengungkapkannya melalui kata-kata yang diucapkannya, dan pemahamannya ini dimengerti oleh orang lain, atau dia dapat melakukannya secara efektif. Belajar sering terjadi selain mengajar, (Goswani & Stillman, 1987).

Inilah beberapa strategi sederhana yang bisa kita lakukan agar kita dapat menjadi guru peneliti:

  1. Membuat dokumentasi proses pembelajaran di dalam kelas. Dokumentasi ini bisa berupa catatan penting tentang peristiwa belajar mengajar di kelas, memotret suasana kelas, cara berkomunikasi satu sama lain, mencatat berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam proses belajar mengajar, serta mendokumentasikan hasil belajar siswa (hasil karya, tugas-tugas, karangan, dan lain-lain)
  2. Dari dokumentasi data-data itu, kita mencoba  membuat peta persoalan dan permasalahan yang dihadapi oleh siswa selama perjumpaan di dalam kelas. Pokok persoalan yang muncul itu dipetakan berdasarkan pengelompokan dan relevansinya dalam proses mengajar, seperti sistem pengaturan kelas (fisik dan sosial). Yang fisik berupa penataan kelas, kursi, meja, dan lain-lain. Apakah pengaturan seperti itu mendukung proses belajar? Sedangkan pengaturan sosial berupa kesepakatan-kesepakatan bersama dalam kelas-kelas (norma sosial yang berlaku selama proses pembelajaran), corak relasional satu sama lain. Apakah aturan sosial ini membantu memperlancar proses belajar mengajar? Selain itu, kita juga dapat mendokumentasikan persoalan-persoalan yang muncul dalam proses pengajaran, seperti pemahaman konseptual yang dipahami oleh siswa, keterampilan praktis yang mesti mereka miliki, cara menanggapi sebuah persoalan, dan lain-lain.
  3. Setelah langkah pengumpulan data ini, kita bisa mencoba membuat hipotesis dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di kelas, serta mencari alternatif bagi pemecahan masalah yang dihadapi selama proses belajar mengajar di kelas. Solusi itu bisa berupa, pembentukan tatanan komunitas baru dalam kelas, pergantian norma sosial, latihan-latihan dasar yang dibutuhkan agar anak mampu menguasai konsep-konsep tertentu yang selama ini masih menjadi permasalahan bagi siswa.
  4. Mencoba menguji alternatif pemecahan itu dalam kelas dan mencoba melihat tanggapan, reaksi dan hasil dari berbagai macam alternatif pemecahan yang telah kita ajukan. Jika solusi alternatif yang kita berikan gagal, kita mesti mencoba melihat kembali mengapa solusi itu gagal dengan mengajukan pertanyaan baru yang lebih relevan.

Strategi pengembangan guru sebagai peneliti memiliki tujuan utama berupa perubahan dalam proses pembelajaran di dalam kelas, bukan mencetak guru menjadi peneliti akademis tingkat perguruan tinggi. Publikasi bukan tujuan utama penelitian guru, melainkan perbaikan bagi proses pembelajaran guru di dalam kelas. Namun tentu saja, jika rutin mengadakan penelitian guru bisa menghasilkan kualitas penelitian yang bisa diakui di kalangan perguruan tinggi. Mengembangkan diri sebagai guru peneliti lebih merupakan  tindakan evaluatif yang bersifat kritis atas proses pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas, sehingga guru tersebut dapat semakin meningkatkan kemampuan pedagogisnya dalam mengajar siswa di era kurikulum merdeka. Semoga.

*)Penulis adalah guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar