Menjadi Guru Idaman di Era Merdeka Belajar

Dilihat 953 kali

Oleh : P. Budi Winarto, S.Pd*)


JIKA kita simak pembicaraan para siswa di sela-sela jeda pelajaran atau pada saat mereka istirahat, pastilah salah satu topik pembicaraannya adalah guru mereka. Guru selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik bagi siswa. Ada yang membicarakan sisi negatifnya, tetapi tidak sedikit ada pula yang membicarakan sisi positifnya. Kita bisa bertanya kepada diri sendiri. Kira-kira kita ada di posisi mana? menjadi guru yang dibenci atau yang diidolakan? Idealnya, kita menjadi  guru yang diidolakan oleh para siswa.

Terlepas ada di mana posisi kita, satu hal yang harus kita sadari adalah bahwa seorang guru benar-benar menjadi publik figure yang setiap gerak langkah dan ucapannya dilihat dan diperhatikan oleh para siswa. Kesan pertama yang diberikan guru haruslah menggoda sehingga mampu menciptakan suasana yang positif. Dalam keadaan seperti itu, para siswa akan lebih siap lagi menerima materi pelajaran dari kita.

Ki Hajar Dewantara, sebagai Bapak Pendidikan Nasional, mengajarkan bahwa  para pendidik atau guru harus berpegang pada falsafah ing ngarso sung tulada (di depan  memberi teladan), Ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa) dan Tut wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Dengan memegang falsafah itu, sosok guru betul-betul dapat dijadikan figure yang patut untuk digugu dan ditiru. Falsafah ini juga yang diamanatkan oleh kurikulum merdeka yang saat ini sudah diimplementasikan di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.

Fenstermacher dan Soltis (dalam Sudjana, 2001: 42 ) menjelaskan bahwa fungsi pendidik dapat dianalogikan dengan fungsi pemelihraan taman, perajin kramik, juru rawat, dan penyaji. Sebagai pemelihara taman, pendidik berfungsi membantu, sebagai tanaman yang sedang mekar, dengan membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangannya yang ia lakukan dengan penuh perhatian. Fungsi ini sering digunakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran tentang kesenian, seperti seni lukis, seni pahat, seni tari, seni ukir, dan seni suara.

Sebagai perajin keramik, fungsi pendidik adalah membentuk bahan yang berasal dari tanah liat menjadi benda yang bermanfaat dan mempunyai nilai seni yang tinggi. Dalam hal ini, pendidik berupaya membantu peserta didik untuk mencapai perubahan sikap dan perilaku sehingga kehidupannya menjadi bernilai bagi diri dan lingkungannya.

Sebagai juru rawat, pendidik berfungsi membantu para siswa untuk melahirkan ide-ide dan pengetahuan baru melalui kegiatan pembelajaran. Para siswa dibimbing, diajarkan, dan dilatih sehingga dapat menghasilkan hal-hal  baru kepentingan kehidupan.

Adapun sebagai penyaji, fungsi pendidik adalah menyediakan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh para siswa dalam perjalanan kehidupannya.

Oleh karena itu, menjdi guru memang membutuhkan keikhlasan. Niat yang terpatri dalam hati haruslah didasari oleh niat untuk beribadah. Bukankah menyampaikan ilmu itu bernilai ibadah? Hal ini sebab sekolah bukanlah tempat yang potensial untuk mengeruk keuntungan. Sekolah bukanlah pabrik yang menghasilkan pendapatan berlimpah. Jadi, menjadi guru haruslah berdasar pilihan, bukan karena terpaksa. Jika didasari hal tersebut, insya Allah kita akan menjadi guru idaman, guru yang diidolakan oleh para muridnya. 

Muhamad Surya dalam artikelnya mengatakan bahwa secara konseptual guru idaman adalah sosok guru ideal yang diharapkan oleh setiap pihak yang terkait. Dari sudut pandang siswa, guru idaman adalah guru yang memiliki penampilan sedemikian rupa sebagai sosok sumber motivasi belajar yang menyenangkan.

Dari sudut pandang orang tua, guru idaman adalah guru yang diharapkan dapat menjadi mitra pendidik bagi anak-anak yang dititipkan untuk dididik. Orang tua sangat mengidamkan agar guru itu menjadi orang tua di sekolah sehingga dapat melengkapi, menambah, dan memperbaiki pola-pola pendidikan di dalam keluarga.

Dari sudut pandang pemerintah, guru idaman adalah guru yang mampu berperan secara proposional sebagai unsur penunjang kebijakan dan program pemerintah, terutama di bidang pendidikan. Dengan kata lain, guru merupakan wakil pemerintah dan wakil masyarakat dalam mempersiapkan warga Negara untuk masa depan.

Saat ini, para siswa sangat merindukan guru yang bisa dijadikan teladan. Makanya kenakalan remaja saat ini tiada lain karena tidak adanya sosok yang bisa dijadikan teladan, baik di rumah maupun di sekolah. Akhirnya, mereka mengidolakan orang-orang yang menggiring kearah perbuatan negatif. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka, guru harus mengasah kembali kemampuan interpersonalnya agar mampu memberikan suri teladan kepada para siswanya. Dengan demikian, sangat penting mengembalikan citra guru sebagai orang yang patut digugu dan ditiru sehingga penerapan kurikulum merdeka yang saat ini diberlakukan di sekolah-sekolah di seluruh tanah air semakin berkualitas. Semoga.

*)Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar