Mengoptimalkan Produk di Destinasi Wisata

Dilihat 829 kali
Batik tulis, motif stupa ''Seribu Candi'' produksi Rumah Batik Lumbini Tingal Kulon, Wanurejo, Borobudur. Produksi batik dapat menjadi ikon produk di destinasi wisata sebagai komponen fasilitas.

Sebagaimana diketahui, sektor pariwisata pasca pandemi ini sudah mulai menggeliat, terlebih lagi ketika pada awal 2023 ini pemerintah telah mencabut PPKM, dengan asumsi kehidupan sudah mulai berjalan normal. Ekspektasinya sektor pariwisata dapat menjadi sektor unggulan yang diandalkan.


Sebelum terjadi peristiwa tragis pandemi, salah satu sektor yang merupakan sektor unggulan tak lain adalah pariwisata. Sektor ini memiliki nilai keunggulan dan kontribusi besar terhadap perekonomian domestik. Di samping itu, sektor pariwisata merupakan sektor paling berkelanjutan dan mampu menyentuh hingga level komunitas paling bawah. Hal itu bisa ditunjukkan dari kontribusinya terhadap devisa negara, termasuk penciptaan kesempatan kerja.


Namun ketika badai Covid-19 menerjang, bisa dikatakan sektor ini paling terkena imbasnya. Terlebih lagi ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM. Mana mungkin orang akan bepergian kalau tidak bertemu dengan orang lain. Atau ketika mereka menyaksikan acara wisata budaya, yang tentunya juga melibatkan banyak orang.


Angin Segar


Seiring dengan dibukanya beberapa destinasi wisata dan juga diperkuat dengan pencabutan PPKM, sektor pariwisata mulai bangkit perlahan, namun pasti. Hal itu menandai kebangkitan pariwisata Indonesia. Dengan dukungan dari berbagai pihak, kita optimis bahwa pariwisata dapat kembali menjadi sektor yang diharapkan.


Kebangkitan kembali pariwisata ini juga memberikan spirit baru bagi berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan untuk benar-benar menghasikan sumber daya manusia atau lulusan yang mampu mengisi berbagai sektor usaha pariwisata, baik perhotelan atau usaha layanan wisata.


Dalam satu kurun waktu terakhir ini juga bermunculan destinasi wisata baru, baik kuliner, alam, maupun budaya yang gencar dipublikasikan melalui berbagai media, baik media mainstream maupun media sosial. Kemunculaan destinasi wisata baru tersebut yang diinisasi secara partisipatif oleh kekuatan basis komunitas setempat, layak untuk diapresiasi.

 

Kepuasan Wisatawan


Untuk memberikan kepuasan wisatawan kiranya perlu dipikirkan kualitas dan ciri spesifik produk yang dapat dikonsumsi wisatawan saat berkunjung ke destinasi tersebut. Produk pariwisata dibutuhkan sebagai prasyarat untuk memberikan kepuasan bagi wisatawan yang selalu mengalami perubahan permintaan.


Selain itu, elaborasi produk pariwisata semestinya mampu memberikan jaminan keuntungan jangka panjang bagi komunitas lokal dan pelaku pariwisata lainnya. Idealnya, produk pariwisata dapat memenuhi tuntutan pangsa pasar yang dinamis, diproduksi dengan efektif dan efisien, dan didasarkan pada pemanfaatan secara bijak sumber daya di daerah destinasi pariwisata.


Pada prinsipnya, konsep produk tersebut mengacu pada barang dagangan yang dihasilkan oleh suatu industri. Dengan demikian, produk pariwisata merupakan komoditas yang dihasilkan oleh industri pariwisata guna memfasilitasi perjalanan dan aktivitas wisata yang dilakukan oleh individu maupun kelompok di destinasi pariwisata (I Made Kampana, dkk., 2017).


Adapun komponen-komponen produk destinasi wisata dapat dijabarkan, pertama atraksi destinasi. Komponen ini merupakan elemen yang terkandung dalam destinasi dan lingkungan di dalamnya yang secara individual atau kombinasinya memegang peran penting dalam memotivasi wisatawan untuk berkunjung ke destinasi tersebut.


Atraksi destinasi dapat berupa atraksi alam (landscape, pegunungan, pantai, iklim, lembah), atraksi buatan (kota bersejarah, taman, resort), atraksi budaya (teatrikal, drama, seni tradisional, festival, museum, galeri), atraksi sosial, seperti kesempatan berbaur dengan komunitas daerah destinasi wisata dan ikut mengalami cara hidup bersama mereka.


Kedua, fasilitas destinasi. Komponen ini menekankan bahwa destinasi perlu dilengkapi dengan fasilitas yang memungkinkan wisatawan tinggal untuk menikmati atau berpartisipasi dalam atraksi yang ditawarkan. Fasilitas tersebut dapat berupa akomodasi, restoran, kafe, transportasi termasuk penyewaan alat transportasinya, serta pelayanan lain termasuk toko, salon, pelayanan informasi, dan sebagainya.


Ketiga, aksesibilitas. Komponen aksesibilitas dapat dipahami terkait dengan mudah atau sulitnya wisatawan menjangkau destinasi yang diinginkan. Akses berkaitan dengan infrastruktur transportasi, seperti lapangan udara, terminal bus, stasiun kereta api, jalan tol, dan sejenisnya. Sedangkan untuk mengefisiensikan waktu dan finansial dalam menjangkau destinasi yang diinginkan, para wisatawan membutuhkan teknologi transportasi. Untuk itu tekonologi tranportasi ini, merupakan komponen aksesibilitas yang sangat vital.   


Keempat, citra publik. Komponen ini berkorelasi dengan kepercayaan yang dimiliki wisatawan tentang produk atau pelayanan yang akan mereka beli. Citra publik perlu dibangun sehingga dapat menjadi pemantik atau faktor motivasi kuat agar wisatawan tertarik untuk melakukan perjalanan wisata ke daerah tersebut.


Adapun dari beberapa komponen tersebut, yang perlu menjadi perhatian bersama adalah harga jual produk perlu menjadi bahan pertimbangan. Jangan mematok harga terlalu tinggi. Harga produk bisa disesuikan dengan pangsa pasar yang berlaku. Jangan sampai menjadikan wisatawan tidak mau datang, karena produk yang dijual terlalu tinggi.


Dengan demikian, agar produk destinasi wisata dapat berjalan optimal, perlu dilakukan kerja sama paralel dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, kelompok sadar wisata, biro perjalalanan, hotel, dan berbagai asosiasi pariwisata lainnya. Apabila kerja sama sinergis sudah terbangun, dapat diyakini produk pariwisata akan terangkat selaras dengan sinyalemen bahwa tahun ini merupakan awal dari kebangkitan pariwisata Indonesia.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar