Mengoptimalkan Gerakan Sekolah Menyenangkan

Dilihat 1207 kali
Gerakan Sekolah Menyenangkan akan dapat optimal apabila setiap individu dapat membangun kesadaran diri untuk terus mengembangkan sikap maupun pengetahuannya

Pada dasarnya sekolah merupakan lembaga yang membantu menumbuhkembangkan potensi dasar yang dimiliki peserta didik. Tidak hanya dalam aspek intelektual, namun matra sikap dan tingkah laku serta keterampilan motorik, mutlak untuk dikedepankan.


Sekolah merupakan rumah kedua bagi peserta didik dalam mengembangkan talenta yang dimiliki. Ketika masuk ke rumahnya, ekspetasinya tentunya mereka membutuhkan suasana nyaman, aman, tenteram, dan menyenangkan. Manakala mereka sudah kerasan tinggal di rumah keduanya, tentunya mereka akan dapat menerima pengetahuan dengan mudah, karena hatinya sudah merasa nyaman.


Pada tahun 2021 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mencanangkan program populer disebut Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Implikasi dari program GSM ini tak lain merupakan gerakan yang mengupayakan penumbuhan kesadaran akan sekolah sebagai institusi yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan pendidikan dan pembelajaran kepada peserta didik. Titik fokus perhatian adalah bagaimana peserta didik merasa senang atau bahagia berada di lingkungan sekolah.


Kesadaran Diri


Sekolah sebagai tempat penyemaian dan pembentukan pribadi utuh bagi peserta didik perlu dibangun agar dapat menciptakan pendidikan yang dibangun dengan kesadaran diri. Ketika kesadaran diri sudah terbentuk, dapat membekali peserta didik untuk tidak mudah disetir oleh lingkungan atau teknologi digital yang semakin canggih dengan kecerdasan buatan.


Mulai saat ini, kiranya aspek kesadaran diri dalam dunia pendidikan perlu lebih dioptimalkan. Tak bisa dipungkiri bahwa, pendidikan subtansi dasarnya adalah berusaha untuk menyadarkan setiap orang yang belajar untuk sadar diri dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian akan terbangun kesadaran kritis agar setiap orang bisa keluar dari persoalan kehidupannya, sekaligus memiliki harapan masa depan yang lebih baik.


Adapun kesadaran diri peserta didik dapat dibangun lewat pembelajaran sosial emosional (social emotional learning).Hal ini dapat dicapai dengan menghadirkan suasana hati peserta didik yang berbahagia dengan datang ke sekolah yang aman dan belajar menyenangkan. Pada hakikatnya belajar tak hanya mendengarkan ceramah guru, menghafal materi, lalu mengerjakan uji kompetensi sumatif atau sumatif akhir semester yang sifatnya mengingat kembali aspek ingatan, yang sebernarnya mudah ditemukan di mesin pencari digital (Kompas, 14/9/2022).


Kiranya pembelajaran dengan metode pendekatan personal atau mengajak mereka mendiskusikan topik-topik aktual atau sharing personal perlu lebih dioptimalkan kembali. Pendekatan tersebut akan membentuk kemampuan untuk menciptakan karena ada ranah imajinasi dan karakter yang terbangun. Materi bisa diambil dari kondisi lingkungan sekitar, agar mudah dipahami karena mereka sudah mengenal dan mengalami sendiri dalam kehidupan kesehariannya.


Untuk dapat menciptakan sekolah yang menyenangkan dibutuhkan peran guru sebagai ujung tombak pendidikan di masing-masing satuan pendidikan. Adapun peran guru untuk dapat menciptakan sekolah menyenangkan diantaranya, pertama, guru sebagai panutan. Tentu, dalam hal ini menjadi contoh dan dapat ditiru untuk hal-hal yang baik.


Dalam konteks disiplin, guru menjadi orang terdepan dalam mengajarkan disiplin melalui sikap dan perilaku yang dapat dijadikan contoh dan ditiru oleh peserta didik. Model pembelajaran dengan mengedepankan banyak contoh yang dapat ditiru akan lebih mudah diikuti oleh peserta didik.


Ketika guru memberikan contoh disiplin dengan datang lebih awal di sekolah, datang lebih awal di kelas dan tidak pulang sebelum waktunya untuk pulang, sebenarnya secara tidak langsung mengajarkan kepada peserta didik untuk dapat mengelola dan menghargai waktu.


Kedua, aspek pelayanan. Masih kuat dalam ingatan kita sebagai seorang guru akan ungkapan tamu adalah raja (guest is the king). Dalam nada yang sama, seorang guru mesti menganggap peserta didik sebagai raja yang mesti mendapat layanan prima (excellent service).


Ungkapan ini menyegarkan memori kita akan tugas guru sebagai seorang pelayan. Tugas guru sebagai tuan rumah (host) yang baik adalah memberikan pelayanan yang prima kepada setiap stakeholder sekolah. Peserta didik adalah tamu yang wajib mendapat pelayanan prima dari sekolah. Mendapat pelayanan pembelajaran dan pendidikan dari guru sebagai tuan rumah adalah hak peserta didik yang perlu dan wajib dipenuhi.

 

Kultur Sekolah


Untuk dapat mengoptimalisasikan gerakan sekolah menyenangkan perlu diimbangi dengan penguatan kultur di sekolah di masing-masing satuan pendidikan. Kultur sekolah merupakan sebuah komunikasi interaktif antar individu dalam lembaga pendidikan dalam rangka merealisasikan misi dan tujuannya.


Albertus Doni Koesoema dalam buku Pendidikan Karakter Berbasis Kultur Sekolah (2018) menegaskan bahwa kualitas sebuah komunikasi akan sangat ditentukan dari bagaimana masing-masing individu berhubungan satu sama lain. Demikian juga kultur sekolah akan terbentuk tergantung dari bagaimana masing-masing individu tersebut mampu menyelaraskan visi dan nilai individualnya dan nilai kelembagaan.


Apabila kultur sekolah sudah dapat terbangun pada akhirnya akan tercipta lingkungan pendidikan sebagai sebuah lingkungan belajar yang dapat membantu setiap individu agar semakin dapat menemukan individualitasnya dan menghayati kebebasannya secara lebih penuh.


Dengan demikian, sekolah yang menyenangkan perlu diawali dengan penciptaan lingkungan yang kondusif. Dari lingkungan yang kondusif akan dapat muncul budaya transformatif atau perubahan. Tentunya semua pihak akan sepakat, bahwa sekolah yang menyenangakan juga memiliki budaya transformatif yang mengubah karakter individu dan komunitas sesuai tujuan yang akan dicapai.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar