Mengoptimalkan Cooperative Learning

Dilihat 589 kali
Pembelajaran dengan model cooperative learning dapat mengasah kemampuan peserta didik untuk lebih menghargai perbedaan pendapat sebagai wujud dari iklim demokrasi.

PADA saat ini, seharusnya model-model pembelajaran konvensional yang memosisikan peserta didik hanya sebagai obyek perlu dikaji ulang dengan lebih mengaplikasikan model yang lebih terkini. Dalam pendekatan konstruksionisme, salah satu model  pembelajaran yang banyak mendapat respon sampai saat ini di antaranya  adalah cooperative learning.

Dalam model cooperative learning peserta didik mendapat kesempatan penuh untuk merajut komunikasi maupun interaksi sosial dengan teman sebayanya. Sedangkan kapasitas guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendapampingi peserta didik agar pembelajaran lebih terarah, kondusif, dan efektif. Implikasinya, peserta didik dapat membangun pengetahuan yang didapatkan secara proaktif dan mempertanggungjawabkan resultansi atas hasil pembelajaran tersebut.

Model pembelajaran cooperative learning dapat dimaknai sebagai aktivitas belajar bersama-sama, saling membantu peserta didik satu dengan lainnya dan memastikan bahwa dalam kelompok, mereka dapat memahami, juga mampu mengaplikasikan materi sehingga mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnnya secara efektif.

Tujuan utama model pembelajaran ini agar peserta didik dapat belajar secara  berkelompok dan saling menghargai berbagai pendapat atau ide dalam kelompok tersebut sebagai wujud empati satu sama lain. Tujuan lainnya, adalah mereka diharapkan dapat berkolaborasi untuk menyamakan berbagai persepsi yang berbeda-beda.

Ekspetasi dalam mengimplementasikan model pembelajaran ini, peserta didik dapat meraih keberhasilan dalam belajar secara optimal. Salah satunya adalah memiliki ketrampilan, baik ketrampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social  skill), seperti keterampilan  dalam mengemukakan pendapat, saran, kritik, dan menerima masukan dari orang lain, berkolaborasi, rasa setia kawan, berempati, dan mereduksi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan di sekolah atau masyarakat.

Model pembelajaran ini juga memungkinkan peserta didik untuk dapat  mengelaborasikan pengetahuan, kapabilitas, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka, demokratis, dan menyenangkan. Kapasitas peserta didik  bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun dapat menjadi tutor bagi teman sebayanya (Isjoni, 2009).

Langkah Efektif

Pembelajaran dengn model cooperative learning ini dapat efektif apabila dilakukan langka-langkah strategis dengan guru membagi bahan pelajaran kepada beberapa kelompok. Guru sebelum memberikan bahan pelajaran perlu mengenalkan secara jeli topik yang akan dibahas.

Di samping itu, guru dapat menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang peserta didik ketahui mengenai topik yang akan dibahas tersebut. Aktivitas yang dinamakan brainstorming ini dimaksudkan untuk lebih mefokuskan atensi peserta didik akan preparasi pada materi yang akan dipelajari sebagai bahan menggali materi dan diskusi.

Selanjutnya, langkah berikutnya dilakukan pembagian kelompok yang terdiri dari kurang lebih 4 sampai 6 peserta didik. Bagian pertama bahan diberikan  pada peserta didik  kelompok pertama,  sedangkan peserta didik kedua menerima bahan bagian kedua dan seterusnya. Setelah selesai mengerjakan bagian masing-masing, mereka saling berbagi mengenai bagian yang dikerjakan untuk dipresentasikan sebagai bahan diskusi. Peserta didik bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan lainnya secara komunikatif. Di samping itu, diperlukan topik diskusi pada bagian akhir pembelajaran. Diskusi bisa dilakukan secara rolling atau bergantian dari masing-masing kelompok, sehingga semua kelompok merasakan terlibat dalam diskusi.

Diskusi merupakan unsur penting dalam cooperative learning. Dengan berdiskusi dapat memunculkan keanekaragaman pendapat sebagai wujud dari dinamika kelompok. Untuk itu, partisipasi aktif peserta didik sangat dibutuhkan agar materi dapat dipertajam. Teknik diskusi perlu dilakukan dengan jeli, agar tidak terjadi diskusi hanya didominasi oleh beberapa orang atau satu orang yang bicara aktif. Di samping itu juga perlu diperhatikan, bahwa topik diskusi harus fokus pada topik yang dibicarakan, agar diskusi tidak melebar yang ujung-ujungnya akan keluar dari substansinya.

Peran Guru

Dalam mengimplementasikan model cooperative learning dibutuhkan peran, kapabilitas, kemauan, serta kreativitas guru dalam mengelola lingkungan kelas yang nyaman sebagai ruang belajar. Dengan mengaplikasikan model ini, hendaknya guru lebih aktif, terutama saat memandu diskusi dalam pembelajaran atau membuat perangkat pembelajaran, seperti modul ajar dalam Kurikulum Merdeka.

Di samping itu guru perlu mengondisikan kelas sebagai laboratorium demokrasi yang efektif, agar peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat sebaga refleksi di antara mereka. Habituasi ini penting dikondisikan sejak di bangku satuan pendidikan, agar mereka terbiasa berbeda pendapat, jujur, sportif dalam mengakui segala kekurangannya sendiri dan siap menerima pendapat orang  lain yang lebih baik, serta mampu  mencari pemecahan masalah.

Adapun yang perlu dihindari adalah diferensiasi pendapat yang menjurus pada konflik antar peserta didik. Untuk itu sebagai eksplanasi dari iklim demokrasi kiranya seorang peserta didik  harus dapat menerima pendapat  dari peserta didik lainnya secara terbuka dan lapang dada. Perbedaan pendapat merupakan suatu dinamika yang tujuannya adalah bisa saling melengkapi atau mempertajam analisis dari topik yang sedang dibicarakan agar materi pembelajaran semakin tajam dan mendalam.

Dengan mengoptimalkan model cooperative learning ini, dapat menjadi pemantik peserta didik untuk mengasah analisis pemikiran konstruktif untuk menggali materi pembelajaran yang tidak hanya pada kulitnya saja, namun sampai tingkat kedalamannya. Di samping itu, peserta didik juga dapat melatih diri dalam mengemukakan pendapat dan berargumentasi sesuai dengan regulasi yang telah disepakati, sebagai wujud dari iklim demokratis.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar