Mengapresiasi Gelar Karya P5

Dilihat 13235 kali
Gelar karya P5 di semua jenjang satuan pendidikan akan dapat menempa mentalitas peserta didik akan pentingnya memahami dan mengahargai keanekaragaman budaya Nusantara.

Dalam skema kurikulum, pelaksanaan P5 terdapat di dalam rumusan Kepmendikbudristek No.56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran yang menyebutkan bahwa Struktur Kurikulum di jenjang PAUD serta Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri atas kegiatan pembelajaran intrakurikuler dan P5.


Apabila ditelisik lebih jauh, kondisi pendidikan di tanah air telah beberapa dekade ini terkooptasi oleh regulasi-regulasi yang kadang membelenggu sekolah juga guru untuk mengelaborasikan materi yang harus diberikan kepada peserta didik. Para guru merasa dibatasi oleh seperangkat aturan yang sudah dibuat normatif dan terstandar. Bahkah ada tuntutan harus menyelesaikan materi dalam kurun waktu tertentu selama satu tahun pembelajaran.


Menyikapi hal itu, pendidik dan praktisi pendidikan di seluruh tanah air mulai menyadari bahwa mempelajari hal-hal di luar kelas dapat membantu peserta didik memahami bahwa belajar di satuan pendidikan memiliki hubungan dengan kehidupan sehari-sehari. Jauh sebelum itu, Ki Hajar Dewantara sudah menegaskan pentingnya peserta didik memelajari hal-hal di luar kelas, namun sayangnya selama ini implementasinya belum optimal.


Dalam mendukung pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut, Kemendikbudristek telah mencanangkan Kurikulum Merdeka sejak awal tahun 2022 ini. Kurikulum Merdeka ditawarkan berdasarkan terjadinya kesenjangan belajar (learning loss) akibat pandemi. Salah satu hal utama yang dianggap sebagai keunggulan dari Kurikulum Merdeka ini adalah proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.


Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Peserta didik dapat melakukan berbagai eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, serta informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar selaras dengan tujuan pembelaran (Daryanto, 2014).


Kurikulum Merdeka merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Perangkat ini memberi ruang bagi peserta didik dalam mengeksplorasi dan mengoptimalkan potensi dirinya. Memang pada dasarnya semua peserta didik memiliki potensi diri yang perlu dielaborasikan. Mengingat bahwa masing-masing pribadi tersebut memiliki potensi diri yang memang layak untuk dikembangkan sehingga peserta didik dapat terbentuk menjadi pribadi utuh.


Dalam Kurikulum Merdeka memuat aspek P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang dirancang untuk untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Di samping itu, P5 dapat diimplementasikan secara fleksibel. Masyarakat atau dunia industri dapat dilibatkan dengan harapan nantinya dapat menghasilkan lulusan semua jenjang pendidikan yang kompeten dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.


Mengalami Pengetahuan


Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan tercapainya profil pelajar Pancasila. Dalam P5 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami pengetahuan sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya yang sangat dibutuhkan untuk bekal hidupnya di kemudian hari.


Dalam kegiatan P5 ini, proses menjadi penilaian utama, karena ketika prosesnya sudah dilalui melalui tahapan-tahapan yang proporsional, hasil akhirnya pun akan mengikuti proses yang sudah mereka lalui. Nilai yang diharapkan dari kegiatan ini, tak lain adalah peserta didik dapat mengikuti proses sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah dilalui. Beda pendapat, pro dan kontra merupakan dinamika yang tentunya akan diselesaikan selama proses berjalan.


Peserta didik juga memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi, sehingga peserta didik dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya. Di samping itu P5 diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya. Bagi pekerja di dunia modern, keberhasilan menjalankan projek akan menjadi prestasi yang patut dibanggakan.


Pada dasarnya P5 diimplementasikan dengan cara melatih peserta didik untuk menggali isu nyata di lingkungan sekitar. Dengan cara berkolaborasi peserta didik akan dapat mencarikan solusi dari masalah-masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat yang dinamikanya sangat kompleks.


Dalam P5 terdapat beberapa tema yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya, seperti Bhinneka Tunggal Ika, kearifan lokal, gaya hidup berkelanjutan, dan beberapa tema lainnya. Pada tema Bhinneka Tunggal Ika peserta didik diharapkan dapat mengenal dan memromosikan budaya perdamaian dan anti kekerasan, belajar membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Peserta didik juga dapat  mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan, secara kritis dan reflektif menelaah berbagai stereotipe negatif dan dampaknya terhadap terjadinya konflik serta kekerasan.


Tema kearifan lokal menekankan pada membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangannya. Sedangkan pada tema gaya hidup berkelanjutan peserta didik perlu memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya.


Peserta didik juga diharapkan mampu membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya. Kesadaran peserta didik untuk melakukan tindakan preventif harus selalu digaungkan agar kesadaran kolektif tersebut menjadi kian membumi.


Kesadaran Berbudaya


Bulan Desember ini, di jenjang sekolah SMA atau SMK banyak disemarakkan dengan gelar karya P5 sebagai bukti dari proses kreatif peserta didik. Gelar karya tesebut banyak berkorelasi dengan seni budaya, baik pada bentuk pagelaran seni pertunjukan atau pameran seni rupa.


Gelar karya yang diharmonikan dengan tema-tema dalam P5 tersebut dapat menjadi pemantik dan apresiasi peserta didik akan kesadaran berbudaya yang selama ini hanya dipelajari dalam ranah teori. Dalam P5 gelar karya seni tersebut mendapat ruang untuk dijadikan ajang kreasi peserta didik untuk menunjukkan potensi dirinya.


Melalui apresiasi gelar karya dalam P5 ini diharapkan membantu peserta didik mengenal jati dirinya dan sekaligus memahami pluralitas identitas bangsanya. Pada giliranya mereka akan mampu menghormati perbedaan dan keanekaragaman serta secara arif menerima realitas pluralitas budaya masyarakat Indonesia.


Dengan berkesenian pada prinsipnya juga akan dapat mengasah mentalitas peserta didik pada nilai-nilai humaniora, kepekaan intuisi, dan etos kerja. Untuk menghasilkan gelar karya tersebut tentunya juga dibutuhkan proses yang di dalamnya akan terurai jiwa kebersamaan yang sangat hakiki.


Gelar karya mulai dari proses sampai pagelaran atau aksi nyata tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Masing-masing peserta didik mengalami pergumulan untuk dapat menghasilkan karya yang akan disajikan. Manakala hasil dari proses tersebut sudah dapat disajikan, dapat menjadi indikator bahwa kegiatan P5 dapat diimplementasikan dan tujuannya dapat dipahami. Pergumulan dalam proses menjadi suatu kata kunci untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan.


(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar