Membangkitkan Motivasi Peserta Didik

Dilihat 1818 kali
Peserta didik membutuhkan motivasi dan pencerahan dari guru ketika mengikuti proses pembelajaran.

Seiring proses perjalanan waktu, di beberapa daerah sudah mulai dibuka Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan ketat agar tidak menimbulkan klaster baru di sekolah. PTM merupakan angin segar bagi sekolah, baik bagi guru maupun peserta didik, setelah sekian lama belajar hanya dilakukan secara daring.


Pembelajaran daring yang dilakukan selama ini, walaupun materinya dapat tersampaikan dengan bantuan tekonologi informasi, namun interaksi personal maupun komunikasi langsung tidak dapat diimplemetasikan secara optimal. Padahal interaksi dan komunikasi tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam pembelajaran di sekolah.


Dalam kesempatan PTM ini, guru sangat bersemangat mengajar. Dalam benaknya ingin menyelesaikan materi dalam target cepat, karena waktunya hanya pendek. Prinsip tersebut tidak ada salahnya. Namun yang paling elementer sejatinya adalah kiat-kiat membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh.

 

Penyajian Sinetron


Sudah bertahun-tahun sinetron menjadi branding di stasiun televisi. Dalam penyajian  sinetron tersebut paling tidak dapat ditemukan inspirasi menarik untuk pembelajaran di kelas. Sebelum masuk episode baru di setiap harinya, sinetron selalu menyajikan secara ringkas tayangan sebelumnya. Dengan sengaja penonton diajak mengingat kisah yang lalu dan menyambungkannya dengan kisah baru (St. Kartono, 2011).


Tidak berlebihan kiranya apabila mengomparasikan pembelajaran di kelas dengan penyajian sinetron.Untuk peserta didik di jenjang pendidikan dasar dan menengah, mestinya dapat menjadi sebuah serial sinetron yang utuh karena satu sama lain saling terkait.


Tentunya para guru perlu menyikapi dengan bijak metode pembelajaran yang akan diterapkan. Salah satu aleternatifnya di awal pembelajaran perlu menyampaikan sekilas materi sebelumnya, kemudian menyambungnya dengan materi baru, sampai melakukan kesimpulan di akhir pembelajaran.


Tampaknya dengan padatnya muatan kurikulum dan pendeknya alokasi waktu yang diberikan, banyak guru yang telah kehilangan kesabaran untuk mengulang-ulang memahamkan materi. Awal pembelajaran yang mestinya menyenangkan tidak jarang dimulai dengan ulangan atau tugas uji kompetensi mendadak. Padahal uji kompetensi tersebut adalah bentuk evaluasi, tetapi kadang kali berubah fungsinya menjadi alat menghukum.


Di sisi lain guru juga dihadapkan pada situasi peserta didik yang memanfaatkan dalih untuk tidak mau belajar, tidak mau serius di kelas, atau sekadar mau yang enak dan serba jalan pintas. Menyikapi hal tersebut, tantangan yang paling besar bagi guru sebenarnya tak lain adalah menyadarkan peserta didik yang tidak bergairah atau ogah-ogahan di kelas.

 

Memotivasi Peserta Didik


Tidak bisa dipungkiri irama persekolahan yang banyak libur, ditambah lagi pada saat PJJ, aktivitas sekolah lebih banyak di rumah. Semuanya itu  terasa dampaknya di kelas. Mereka pada saat PJJ, terasa di zona nyaman, karena semua tugas dan uji kompetensi bisa dikerjakan  tanpa harus tatap muka.


Untuk itu PTM yang sudah berjalan walau masih terbatas ini, perlu metode pembelajaran yang langsung dapat menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar secara optimal dan bermakna. Salah satunya dengan metode preleksi. Metode pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan metode untuk membuka memori peserta didik pada materi yang telah diberikan sebelumnya.


Penyajian sinetron seperti di awal tulisan ini dapat dianalogikan sebagaimana metode preleksi. Memunculkan kembali episode cerita sebelumnya dapat membantu ingatan penonton tentang cerita yang lalu. Di samping itu juga membantu penonton menemukan kaitannya dengan cerita sekarang.  


Membangun motivasi atau antusiasme pada proses preleksi dapat berupa menyodorkan pertanyaan-pertanyaan ringan atau kesempatan kepada perserta didik menceritakan pengalaman kesehariannya. Akan lebih efektif apabila para guru menggali potensi peserta didik untuk menceritakan suka dukanya pada saat pandemi sebagai bahan pembelajaran.


Selain itu guru dapat pula dalam memotivasi peserta didik dapat mengambil inspirasi dari dunia yang tak jauh dari situasi keseharian mereka. Mengorelasikan setiap pelajaran dengan dunia peserta didik akan mendatangkan antusiasme, karena mereka langsung mengalami dalam tataran praksis.


Adapun yang perlu diingat, dalam memotivasi peserta didik seharusnya guru tersebut penuh dengan motivasi. Bagaimana mungkin guru akan memotivasi peserta didik sementara dirinya tidak mempunyai bekal pengalaman apa pun. Semisal memberi motivasi peserta didik menulis, sebaiknya guru pun juga pernah memilki pengalaman menulis yang karyanya terpublikasikan.


Memang sudah terbuktikan baik dalam teori pedagogis sampai implementasinya, bahwa peserta didik tidak mengingat materi yang diberikan guru, namun mereka mengingat perilaku dan keteladan gurunya sebagai saksi-saksi hidup.


Dengan demikian peserta didik tersebut membutuhkan motivasi dan pencerahan dalam menjalani pergumulan hidup belajar di sekolah demi masa depan yang dicita-citakan.

 

Selamat Hari Guru Dunia Tahun 2021.

 

(Oleh: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar