Memahami Hambatan Belajar Siswa

Dilihat 10726 kali

Oleh: P. Budi Winarto, S.Pd*)


DALAM mengimplementasikan kurikulum merdeka, Seorang guru diharapkan mampu memahami hambatan-hambatan belajar yang dialami oleh siswa supaya proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik dan kurikulum merdeka dapat  diimplementasikan secara maksimal. Secara umum, faktor yang memengaruhi belajar siswa dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi faktor kesehatan, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Di antara ketiga faktor tersebut, faktor psikologislah yang paling memberikan dampak atau pengaruh terhadap kegiatan belajar siswa.

Faktor psikologis yang memberikan pengaruh besar terhadap siswa meliputi sebagai berikut.

a. Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri atas tiga jenis kecakapan, yakni: 1) kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, 2) mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, 3) mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Meskipun intelegensi bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan seseorang, besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.

b. Perhatian

Perhatian yang tidak fokus mengakibatkan proses belajar menjadi terhambat. Pada saat perhatian buyar, kerja otak menjadi tidak fokus. Meskipun kegiatan belajar dilakukan di luar kelas atau menggunakan metode bermain/simulasi, tetap saja perhatian harus fokus.

Tantangan bagi pembelajar adalah tetap memfokuskan perhatian dan berusaha selalu menarik perhatian agar konsentrasi siswa tetap fokus. W. Clement Stone mengatakan bahwa singkirkanlah hal-hal yang tidak diinginkan dari pikiran Anda, dengan memfokuskannya kepada hal-hal yang Anda inginkan.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati siswa akan dilakukan dengan perasaan senang, terbuka, dan terus menerus. Hal ini berbeda dengan perhatian. Kalau perhatian bersifat sementara dan belum tentu diikuti perasaan senang. Sementara minat akan dilakukan secara terus menerus dengan penuh kesenangan.

Misalnya, seorang anak yang mempunyai minat bermain sepak bola, akan senang hati melakukan latihan atau bermain sepak bola, tanpa merasa terbebani. Bahkan, dia akan bersedia meluangkan seluruh waktunya untuk mempelajari, memahami, dan mempraktikan teknik bermain bola. Namun, jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, guru dapat menjelaskan hal-hal menarik dan manfaatnya bagi kehidupan. Siswa dapat dirangsang untuk lebih menyukai beberapa pelajaran yang betul-betul diminati, yang nantinya akan mendukung cita-cita.

d. Bakat

Menurut Hilgard (Slameto, 2002:57), bakat adalah kemampuan untuk belajar. Bakat akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Oleh karena itu, bakat akan memengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajarinya sesuai dengan bakatnya, hasil belajarnya pun akan lebih baik. Para guru sangat penting untuk mengetahui bakat siswa sehingga dapat memfasilitasi siswa sesuai dengan bakatnya.

e. Motif/Motivasi

Motif erat kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai. Motivasi adalah penggerak tingkah laku manusia. Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi  oleh motif tertentu. Tanpa motivasi, seseorang tidak akan berbuat apa-apa.

Terjadinya tingkah laku disebabkan oleh adanya kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang. Cara menimbulkan motif dapat bermacam-macam, tetapi cara-cara yang paling efektif adalah sebagai berikut.

  • Mengetahui tujuan yang akan dicapai dengan sejelas-jelasnya. Makin jelas tujuan yang akan dicapai, tentu makin kuat pula usaha untuk mencapainya. Bobbi DePorter mengatakan bahwa sebelum melakukan hampir segalanya dalam hidup, baik secara sadar maupun tidak, Anda akan bertanya pada diri Anda tentang pertanyaan penting ini: Apa manfaatnya bagiku?
  • Memahami pentingnya mencapai tujuan. Di sini ditunjukkan alasan-alasan mengapa tujuan itu perlu dicapai. Jika ternyata tujuan yang akan dicapai tersebut benar-benar dirasa kepentingannya, misalnya karena sangat diperlukan sebagai prasarat untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, akan menjadi lebih besarlah dorongan untuk mencapainya.
  • Memahami hasil yang akan diperoleh akibat tindakan itu. Hal ini penting untuk diketahui sebagai bagian dari usaha untuk memacu semangat mencapai tujuan. Misalnya, jika kita menulis artikel dan dimuat di media massa, akan memperoleh honorarium. Selain itu, kita juga akan dikenal dan pemikiran kita dibaca orang.

f. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang sehingga dia siap melaksanakan kecakapan baru. Misalnya, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, membuat prakarya, dan sebagainya. Belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Oleh karena itu, proses belajar pun dilakukan secara berjenjang (SD, SMP, SMA, PT) disesuaikan dengan tingkat kematangannya.

g. Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesiapan itu timbul dari dalam diri seseorang. Kesiapan berkaitan dengan kematangan karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat memengaruhi belajar adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga mempunyai peran yang sangat dominan terhadap belajar anak. Waktu anak dengan orang tua lebih lama dibandingkan dengan di sekolah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

Adapun pengaruh faktor sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, dan sebagainya. Sementara faktor lingkungan meliputi bentuk kehidupan masyarakat, teman bergaul, dan kegiatan siswa dalam masyarakat.

Salah satu peran guru di kelas adalah berupaya memberi keyakinan kepada para siswa untuk mampu menyingkirkan rintangan-rintangan dalam belajar. Selain rintangan yang dijelaskan sebelumnya, Dave Meier (2002: 210) mengemukakan ada beberapa rintangan yang mungkin dihadapi pembelajar, yakni sebagai berikut.

  • Tidak merasakan adanya manfaat pribadi
  • Takut gagal atau terkena aib sosial
  • Takut akan perubahan dan pertumbuhan pribadi
  • Benci pada topik pelajaran
  • Dipaksa hadir
  • Mempunyai masalah dan gangguan pribadi
  • Merasa sangat bosan

Semua rintangan ini dapat menyebabkan stress, kebas (kaku) otak, dan kemerosotan tajam dalam belajar. Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka, para guru diharapkan mampu untuk  Menghilangkan atau mengurangi rintangan-rintangan ini sehingga  akan menghasilkan kemampuan belajar yang semakin meningkat setiap waktu. Tugas guru adalah mencoba memahami dan meminimalisasi hambatan-hambatan tersebut. Hal yang lebih penting lagi, guru mampu memberikan motivasi belajar kepada siswa. Dengan demikian, mereka belajar dengan penuh kesadaran dan mempunyai tujuan yang jelas. Semoga.


*)Penulis adalah Guru SMP Pendowo Ngablak Kabupaten Magelang.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar