Melatih Peserta Didik Berpendapat

Dilihat 1346 kali

Seperti diketahui soal-soal ulangan umum (uji kompetensi) selalu dibuat guru, baik dalam bentuk esai ataupun uraian. Guru sebagai pendamping, membuat soal antara lima sampai sepuluh soal. Kemudian peserta didik menjawab pada sehelai kertas uraian. Dari lembar jawaban tersebut memungkinkan guru untuk melihat beberapa hal terkait dengan pekerjaan yang diberikan kepada peserta didik, di antaranya tulisan bisa dibaca atau tidak, betul tidaknya cara penulisan, penggunaan huruf kapital atau kecil, kalimatnya runtut atau tidak, dan apakah jawabannya benar atau kurang proporsional.


Bila ditelisik ternyata banyak aspek yang dapat dilihat dari jawaban peserta didik tersebut. Tulisan peserta didik jelas atau tidak sangat dipengaruhi oleh cara guru mengajarkan menulis saat  peserta didik duduk di kelas satu SD atau TK. Guru yang teliti akan berkeliling kelas untuk mengetahui apakah peserta didiknya memegang pensil atau alat tulis dengan benar.


Soal berbentuk uraian mempunyai kelebihan yaitu dari jawaban peserta didik akan terungkap banyak hal yang merupakan feedback kepada guru sejauh mana pembelajarannya berhasil. Adapun hal terpenting di sini perlunya peserta didik dibiasakan mengemukakan pendapatnya.


Dari sisi cakupan materi kelemahan soal semacam itu ialah tidak semua materi terungkap karena jumlah soal yang terbatas. Soal berbentuk uraian mudah membuat soalnya tetapi teknis koreksinya memakan waktu cukup lama. Guru yang tidak tekun dan cermat akan cepat-cepat memberi nilai tanpa membaca secara detail.


Sedangkan sekarang ini hampir semua soal berbentuk pilihan ganda. Peserta didik tinggal memilih jawaban yang paling tepat sesuai dengan opsi yang telah tersedia. Peserta didik pandai akan memikirkan mendalam sampai menemukan jawaban yang paling tepat. Sebaliknya peserta didik yang kurang pandai akan asal jawab saja, atau menggunakan cara spekulasi.


Dengan aji pengawurannya itu, kadang mereka lebih dulu selesai dibanding dengan mereka yang serius. Repotnya jawaban peserta didik yang asal saja tersebut, ternyata benar. Jadi nilai jawab soal pilihan ganda belum tentu mencerminkan kapabilitas peserta didik menguasai materi pelajaran.


Terlepas dari plus minusnya soal uraian dan pilihan ganda, disadari bersama bahwa soal-soal tersebut substansinya adalah agar peserta didik bisa berlatih mengemukakan pendapat atau ide-idenya. Karena tak bisa dipungkiri, tuangan buah pikiran peserta didik menggambarkan luas dan sempitnya serta keruntutan cara berpikir mereka. Bila peserta didik tidak dibiasakan berpendapat, maka kemampuan mereka dengan isi yang berkualitas juga akan berkurang. Bila mereka dibiasakan berpendapat yang tersusun dalam kalimat yang runtut menunjukkan bahwa cara berpikirnya juga runtut.

 

Perlu pendampingan

 

Dengan demikian guru perlu memberikan pendampingan agar potensi peserta didik berpendapat ini dapat dioptimalkan baik di dalam maupun di luar kelas. Kiat-kiatnya bisa dilakukan, seperti pada saat apersepsi (membuka pelajaran) guru menugaskan peserta didik untuk membuat resume (ringkasan) dan manfaat pelajaran yang diberikan minggu kemarin. Atau pada akhir pelajaran, saat refleksi peserta didik dimohon untuk menanggapi materi yang diberikan atau kritik dan saran dengan berbicara di kelas.


Refleksi diri ini penting dilakukan oleh guru karena dengan melakukan hal tersebut, guru akan bisa melakukan perbaikan dalam pelaksanaan tugas. Guru yang melakukan refleksi adalah guru yang berpikir ulang tentang pembelajaran yang telah dilakukan. 


Menurut Charlotte Danielson dalam buku Enhancing Professional Practice: a framework for teaching (2007:169), agar produktif refleksi atas pembelajaran harus sistematis dan analitis.


Ketika pelajaran tidak berjalan sebagaimana mestinya, seorang guru tidak cukup jika hanya mengenali bahwa pembelajaran tidak berhasil melainkan juga harus mampu menentukan alasan untuk hasil dimaksud. Dalam melakukan refleksi, harus dipahami bahwa poin pentingnya bukan apakah proses pembelajaran berjalan lancar atau tidak.

 

Peserta didik didengarkan

 

Sedangkan yang terpenting dari refleksi adalah guru mampu menentukan mengapa pelajaran tidak memuaskan seperti, aktivitas atau materi pelajaran tidak tepat, langkah-langkah yang lemah, atau pengelompokan siswa yang tidak tepat,sehingga dapat diperbaiki di waktu mendatang.


Atau bisa juga, guru menugaskan saat pelajaran berlangsung agar masing-masing peserta didik membuat minimal dua pertanyaan kepada guru untuk  didiskusikan di kelas. Dengan cara demikian, pelajaran yang diberikan guru merupakan media dialogis. Pelajaran akan menjadi menarik karena semua pro aktif. Adapun yang paling berharga adalah peserta didik merasa didengarkan. Tak kalah pentingnya nuansa pembelajaran partisipatif sudah dapat tercipta tanpa ada tekanan struktural.

 

(Penulis: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar