Sifat Kepemimpinan Hasta Brata

Dilihat 25740 kali
Dalam seni pertunjukan wayang termuat ajaran kepemimpinan yang sarat akan nilai humaniora - Foto: Freepik.

Kekuasaan sepertinya merupakan sesuatu yang didambakan. Semua orang tanpa kecuali sekarang ini pada berlomba untuk mendapatkan kekuasaan. Memang, kekuasaan memberikan kehormatan atau prestise Namun, sebenarnya kita lupa bahwa itu hanyalah satu sisi saja. Di sisi lain, kekuasaan itu menuntut tanggung jawab. Di sinilah kekuasaan itu menjadi tidak mudah. Sebab, kekuasaan tidak bisa dilihat hanya sekadar panggung tempat pemegang  kekuasaan untuk tampil mempertontonkan kehebatannya.


Pada dasarnya kekuasaan perlu memberikan manfaat kepada masyarakat yang dipimpinnya. Kekuasaan oleh para pemimpin harus dipakai untuk memberikan kesejahteraan umum (bonum publicum). Untuk itulah tidak semua orang berhasil ketika diberi kekuasaan. Bahkan seringkali kekuasan itu hanya dinikmati untuk kepentingannya sendiri. Dengan kekuasaan itu banyak orang yang lupa diri dan merasa menjadi orang yang tak tertandingi.


Sifat Kepemimpinan


Sebagai formula agar dapat menjadi pemimpin yang didambakan hendaknya para pengambil kebijakan perlu memegang sifat kepemimpinan yang dikenal dengan Hasta Brata. Hasta mengandung pengertian delapan. Brata artinya perilaku atau sifat. Sifat kepemimpinan ini dilakukan ketika Sri Rama mengangkat Wibisana menjadi raja di Alengka dalam epos Ramayana karya Valmiki. Kedelapan sifat kepemimpinan tersebut adalah :


Pertama, Sifat Matahari. Makna seorang pemimpin bersifat seperti matahari adalah agar setiap pemimpin harus mampu memberi motivasi, spirit, daya hidup, dan memberi kekuatan kepada seluruh anak buah yang dipimpinnya.


Kedua, Sifat Bulan. Bila diamati bulan itu bentuknya bulat indah dan menarik hati sapa saja yang melihat. Seorang pemimpin harus memiliki sifat bulan maksudnya, agar setiap pemimpin harus dapat menyenangkan, menarik hati dan memberi terang dalam kegelapan kepada semua anak buah yang dipimpinnya.


Ketiga, Sifat Bintang. Bintang mempunyai bentuk yang sangat eksotis dan menjadi hiasan langit di waktu malam serta  dapat menjadi petunjuk arah (kompas) bagi mereka yang kehilangan arah. Jadi, seorang pemimpin harus dapat berfungsi seperti bintang, maksudnya bahwa seorang pemimpin  dapat memberi petunjuk, memberi arahan, dan bimbingan agar anak buahnya  mampu menyelesaikan  tugasnya dengan baik.


Keempat, Sifat Angin. Seperti diketahui angin mempunyai sifat dapat mengisi setiap ruangan yang kosong walaupun di ruangan yang kecil sekalipun. Seorang pemimpin harus dapat berfungsi seperti angin, maksudnya agar setiap pemimpin  dapat bertindak dengan cermat dan teliti serta tidak segan-segan terjun langsung ke masyarakat agar mengetahui kondisi yang sebenarnya.


Kelima, Sifat Api. Bila diamati api sifatnya dapat membakar apa saja yang bersentuhan dengannya dan tegas. Jadi seorang pemimpin harus mampu bertindak seperti api artinya harus tegas dan adil tanpa pandang bulu. Di samping tegas seorang pemimipin harus mempunyai prinsip yang konsisten serta dapat menahan emosi atau mengendalikan diri.


Keenam, Sifat Mendung. Mendung mempunyai sifat menakutkan (berwibawa) tetapi setelah berubah menjadi air  dalam hal ini hujan dapat menyegarkan semua makhluk hidup. Untuk itu pemimpin harus dapat bersifat seperti mendung yaitu harus  dapat menjaga kewibawaan dengan berbuat jujur, terbuka dan semua  yang menjadi programnya dapat bermanfaat  bagi anak buah dan sesama.


Ketujuh, Sifat Samudra. Bentangan samudra luas dapat menampung apa saja yang akan masuk ke dalamnya. Jadi seorang pemimpin harus berfungsi seperti samudra yaitu mempunyai pandangan luas, merata, sanggup, mampu menerima berbagai macam persoalan serta tidak boleh pilih kasih dan membenci terhadap golongan apa pun. Di samping itu seorang pemimpin harus berbesar jiwa yaitu mau memaafkan kesalahan orang lain.


Kedelapan, Sifat Bumi. Bumi mempunyai sifat teguh atau  sentosa dan apa yang ditanam di bumi akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat  untuk kehidupan. Kiranya seorang pemimpin harus dapat bersifat seperti bumi yaitu berteguh hati dan selalu mampu memberi anugrah terhadap siapa saja yang berjasa terhadap nusa dan bangsa.


Media Kontrol


Dengan memahami dan mengaplikasikan ajaran Hasta Brata tersebut, paling tidak dapat sebagai media kontrol diri para pemimpin dalam menjalankan kinerjanya. Rasanya juga masih relevan beberapa ungkapan Jawa seperti sabda pandhita ratu dan berbudi bawalaksana untuk menjadi pegangan normatif bagi para pemimpin.


Seperti yang ditulis Thomas Wiyasa Bratawijaya dalam bukunya Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa (1997) menjelaskan sabda pandhita ratu mengandung makna apa yang telah diajarkan oleh para pandhita dan diucapkan oleh raja tidak boleh diubah kembali.


Makna semiotika tersebut memberi ajaran bahwa pemimpin harus konsisten, yaitu harus ikut mengimplementasikan apa yang telah diucapkan. Kata-kata dan perbuatan harus selaras, tidak perlu ragu-ragu dan tidak terpengaruh oleh perasaan saja. Karena bila seorang pemimpin sudah terpengaruh  perasaan maka mudah lupa apa saja yang telah diucapkan.


Sedangkan berbudi bawa laksana mengandung implikasi seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam  tata nilai, moral, berbudi luhur, dan murah hati. Dalam tataran praksis sifat ini bisa diketahui pada pola tindak para pemimpin yang mempunyai empati atau kepedulian dan senang memberi bantuan pada anak buahnya yang mengalami kesulitan.


Dengan demikian dalam ajaran filosofis kebudayaan Jawa dapat dimaknai bahwa di dalamnya terkandung berbagai ajaran moral termasuk kepemimpinan yang dapat menjadi panutan para pemimpin dalam menjalankan amanahnya. 


(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kab. Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar