Gerakan Literasi Sekolah Upaya Membentuk Generasi Literat

Dilihat 3702 kali
Gerakan Literasi Sekolah dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan. Di SMK Negeri 1 Magelang salah satu kegiatan GLS dilaksanakan sebelum kegiatan keorganisasian dan ekstrakurikuler setiap Rabu sore selama 10 menit.

"Tajam pisau karena diasah" salah satu adagium yang berarti bahwa orang yang rajin belajar akan lebih banyak memiliki asset kepandaian. Begitu pula dengan literasi. Semakin sering seseorang berkegiatan literasi, maka akan semakin banyak pula aset ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki dari hasil literasi. Generasi yang rajin melaksanakan gerakan literasi dapat disebut sebagai generasi literat.


Menurut Fahrudin (2017:1) generasi literat hakikatnya merupakan generasi yang memiliki jiwa literasi. Literasi dapat berarti pemahaman keseluruhan, penyadaran terhadap pemahaman dan pemaknaan hasil membaca maupun menulis. Hal ini berlaku untuk semua hal yang dilakukan terkait dengan kegiatan literasi, termasuk dalam dunia pendidikan di berbagai lini dari generasi ke generasi. Terobosan kegiatan di sekolah merupakan salah satu kontribusi dunia pendidikan dalam membentuk generasi literat salah satunya dapat dilakukan melalui GLS (Gerakan Literasi Sekolah).

 

Kolaborasi Warga Sekolah


Gerakan Literasi Sekolah atau GLS merupakan salah satu kegiatan untuk menggerakan literasi di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang merupakan bagian dari Gerakan Literasi Nasional, sehingga akan dapat tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Secara spesifik Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah kegiatan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti peserta didik khususnya dan seluruh warga sekolah pada umumnya yang bertujuan agar pelaku gerakan literasi memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat yang terpatri di diri masing-masing individu.


Beberapa kegiatan GLS di digalakkan dengan melibatkan kerja sama atau kolaborasi dari seluruh warga sekolah. GLS dipelopori oleh Laskar GLS. Tim Laskar GLS merupakan gabungan dari beberapa guru, termasuk guru yang cukup aktif menulis juga para pustakawan. Guru-guru yang aktif bergabung menulis antara lain di media guru, guru siana, Komunitas Taman Aksara dan juga guru yang aktif menulis buku, baik buku tunggal maupun buku kumpulan tulisan bersama dalam kegiatan Noelis Bareng. 


Berbagai program kegiatan GLS yang dapat rutin dilaksanakan antara lain pada berbagai kegiatan di sekolah. Seperti, 15 menit literasi pagi sebelum KBM, litersi religi, mading sekolah, literasi sebelum kegiatan keorganisasian setiap Rabu sore, wisata literasi dan wajib kunjung perpustakaan, literasi digital, serta reward untuk pembaca E-Pust digital perpustakaaan.


Program literasi sebelum KBM pada umumnya sudah terlaksana dengan baik. Teknis pelaksanaan program ini difasilitasi oleh guru yang mengajar pada jam pertama. Literasi ini dilaksanakan selama 15 menit, misalnya pada hari Selasa dan Rabu. Materi literasi diatur dengan pembagian bahan literasi yaitu, literasi selang seling selama 1 bulan dipusatkan dari perpustakaan dan dari tim GLS.


Peserta didik  wajib meminjam buku perpustakaan untuk kegiatan literasi selama satu bulan. Hal ini selain menggalakkan literasi juga untuk meningkatkan jumlah pengunjung dan jumlah peminjam buku perpustakaan. Pesert didik bebas memilih buku sesuai dengan minat mereka. Waktu pinjam selama satu minggu, jadi, apabila sebulan logikanya satu siswa akan sebanyak 4 kali pinjaman dan 4 kali kunjung perpustakaan.


Sedangkan pada bulan berikutnya materi literasi diseragamkan dari Tim GLS. Materi literasi dibagikan via whatsApp (WA). Hal ini bertujuan agar bahan literasi sama, dan sedikit banyak dapat dikupas bersama oleh guru dan peserta didik. Setiap kelas secara bergantian mengisi link resume kegiatan literasi secara bergantian sesuai nomor urut presensi per satu kegiatan literasi. Berdasarkan link tersebut tim GLS dapat memantau kegiatan literasi sekaligus sebagai investasi hasil kegiatan GLS.


Kegiatan literasi religi misalnya dilaksanakan setiap hari kamis. Materi literasi religi ditentukan oleh tim guru agama. Bahan literasi diseragamkan satu sekolah dishare via WA. Setiap satu bahan literasi digunakan dalam satu kegiatan literasi. Dipusatkan pada perwakilan salah satu peserta didik membaca bahan literasi di satu sumber suara kemudian ditirukan. Literasi religi juga berlangsung selama 15 menit sebelum proses KBM jam pertama dimulai.


Literasi dilakukan juga dalam kegiatan keorganisasian dan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum kegiatan keorganisasian dan ekstrakurikuler. Pelaksanaan di indoor atau outdoor (lapangan sekolah). Durasi waktu 10 menit sebelum kegiatan pada Rabu sore. Siswa barter (tukar menukar) buku sebagai bahan literasi. Setelah membaca, secara random (acak) dua siswa maju ke depan menyampaikan refleksi hasil literasi, diwakili oleh satu siswa laki-laki dan satu siswa wanita.


Program GLS selanjutnya yaitu Wisata Literasi dan Wajib Kunjung Perpustakaan, Literasi digital, serta Reward untuk pembaca E-Pust Digital Perpustakaaan. Wisata literasi mengunjungi perpustakaan dari setiap kelas yang terjadwal secara bergantian. Pelaksanaan program ini melibatkan kerja sama antara tim GLS, para guru bahasa Indonesia dan pustakawan serta petugas perpustaakan. Kegiatan ini mengenalkan peserta didik terhadap perpustakaan, menyosialisasikan dan mengajak para peserta didik untuk memiliki aplikasi E-Perpustakaan. Selain itu akan diberikan penghargaaan atau reward terhadap peserta didik yang memiliki akses membaca di E-Pust tinggi atau banyak buku yang dibaca. Hal ini bertujuan untuk menyemarakkan program literasi digital.


Terkait dengan literasi digital, misalnya menggerakkan peserta untuk menempel kode QR (Quick Response) atau respon cepat di tempat-tempat strategis. Misalnya, pojok kantin, taman-taman sekolah, gazebo-gazebo. Kode QR berisi teks ataupun video hasil karya peserta didik yang dapat dijadikan sebagai bahan literasi. Selain itu dapat pula ditempelkan di pohon-pohon yang disebut dengan pohon literasi yang terjangkau oleh seluruh warga sekolah.


Kegiatan ini dapat digunakan sebagi penggugah atau pemancing kegiatan literasi, baik kegiatan membaca maupun menulis. Melalui tampilan yang unik dan menarik dapat diakses oleh seluruh warga sekolah hanya dengan scan kode QR. Menumbuhkan rasa keingintahuan untuk mengetahui isi dari masing-masing kode QR. Selain itu, karya dari rekan dapat memicu rekan yang lain untuk turut berkarya dan dipublikasikan dalam kegiatan literasi sekolah.


Membentuk Generasi Literat


Program-program literasi GLS dapat terus dilaksanakan  secara rutin. Namun perlu juga dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Idealnya evaluasi  dapat dilakukan 3 bulan sekali  oleh tim untuk membenahi program-program yang belum maksimal. Berbagai upaya dan terobosan perlu dilakukan agar GLS dapat terlaksana dengan maksimal.


Apabila program-program GLS tersebut dapat terlaksana secara rutin dan berkesinambungan maka harapannya akan terwujud budaya literasi dan generasi literat oleh seluruh warga sekolah khususnya dan warga masyarakat pada umumnya. Dengan demikian membudayakan berliterasi dapat membuka mata, membuka pikiran, membuka hati, serta membuka cakrawala dunia, sehingga terbentuk generasi literat. Suatu generasi yang memiliki jiwa literasi, mampu mengolah berbagai jenis informasi, dan mengomunikasikan dengan tepat.


(Oleh: Puji Wijayanti, S.Pd., Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Magelang)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar