Efektivitas Belajar Gramatika Bahasa Jerman dengan Metode Stationenlernen (Belajar dalam Kereta Api)

Dilihat 1509 kali

Oleh: Ekowati Septi Rahayu,S.Pd.,M.Pd., Guru Bahasa Jerman SMA Negeri 1 Magelang


Belajar bahasa asing adalah suatu pembelajaran bahasa selain bahasa ibu dan diasumsikan peserta didik yang mampu berkomunikasi dengan penutur asli. Menurut Parera (1993: 17) bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari di sekolah sebagai bahasa asing dan merupakan bahasa yang dikuasai setelah bahasa pertama, yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa Jerman adalah bahasa yang terasa sulit dipelajari dalam waktu yang singkat dan tidak dapat dipelajari tanpa bantuan guru terutama dalam hal gramatika, selain keempat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (Hrverstehen), berbicara (Sprechfertigkeit), membaca (Leseverstehen), dan menulis (Schreibfertigkeit). Selain keempat keterampilan tersebut adalah kosakata (Wortsatz), pelafalan (Auswendig). dan gramatika (Struktur)/ tata bahasa. 

Dalam belajar gramatika bahasa Jerman perlu metode pembelajaran agar menyenangkan. Salah satu metode yang dianggap tepat adalah Stationenlernen /stasiun belajar. Metode ini menuntut peserta didik untuk tidak hanya mempelajari hal yang baru saja melainkan juga belajar untuk bekerja dalam tim secara mandiri dan bertanggung jawab. Bahan pelajaran dipilih berdasarkan tema tertentu kemudian disusun dalam bentuk tugas-tugas yang disebarkan dalam beberapa stasiun belajar. Setelah peserta didik menyelesaikan tugas di stasiun 1,2,3 dan stasiun antara 1 dan 2, maka peserta didik dipersilakan untuk melihat dan membaca kunci jawaban dalam amplop yang telah disediakan. Tugas-tugas tersebut dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk menyelesaikannya.


Penggunaan Metode Stationlernen


Metode ini dapat memotivasi peserta didik untuk belajar bahasa Jerman, karena metode ini bersifat permainan, tetapi menuntut kemandirian dan tanggung jawab. Peserta didik dalam tim diharuskan menyelesaikan tugas-tugasnya yang telah disiapkan di beberapa stasiun atau Stationen secara cepat dan tepat Pada setiap stasiun siswa mengerjakan evaluasi. Untuk pembentukan tim, dapat dilakukan dengan menyebutkan 4 iklim di Jerman, yaitu Frhling, Sommer, Herbst dan Winter atau menyebutkan 4 warna (rot, gelb, weiund blau).


Ini dapat dilakukan guru, siswa dapat berkelompok dengan empat orang. Setiap kelompok bergilir ke stasiun yang kosong, agar dapat bersaing antar kelompok dengan menggunakan peluit untuk setiap 10 menit bergantian ke stasiun lainnya. Selama proses pembelajaran guru hanya membantu siswa yang belum jelas perintahnya. Di setiap stasiun ada amplop berisi perintah dan permainan.


Macam-macam soal dapat berupa puzzle, kartu gambar, menyusun kalimat dari potongan kata, menjodohkan jawaban, pilihan ganda dari teks, isian pendek, teka-teki, dll. Selain itu metode ini berlandaskan prinsip learning by doing, yaitu peserta didik akan belajar melalui pengalaman langsung atau peserta didik akan terlibat langsung proses pembelajaran. Keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran inilah yang membuat metode Stationenlernen lebih efektif untuk pembelajaran bahasa Jerman, khususnya gramatika bahasa Jerman.


Berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional, yaitu pembelajaran klasikal yang diterapkan guru dan hanya berpusat pada guru. Guru sering menggunakan metode ceramah, karena pelaksanaannya sederhana, tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk mempersiapkannya. Kelemahannya kegiatan ini, jadi monoton karena pembelajaran hanya berpusat pada guru. Seharusnya sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Hal tersebut dapat dijadikan acuan bahwa sebaiknya guru harus selektif dalam memilih metode pembelajaran.


Bahan-bahan dan cara permainan metode Stationenlernen


Dengan metode Stationenlernen guru harus menyiapkan bahan-bahan untuk disusun dalam beberapa stasiun (Stationen). Guru dituntut dapat memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek pembelajaran menulis, kosakata, berbicara, membaca, dan kebahasaan. Guru memilih bahan pelajaran berdasarkan tema dan disusun dalam bentuk tugas-tugas atau pertanyaan-pertanyaan yang disebarkan dalam beberapa stasiun belajar. Perlu diperhatikan waktu dan jumlah siswa agar siswa benar-benar menikmati tugas sekaligus mengadu kepintaran.


Tugas-tugas dalam Stationenlernen


Tugas  ini terdiri dari tugas wajib dan tugas pilihan. Tugas-tugas tersebut disebarkan di setiap stasiun belajar yang terbagi menjadi dua, yakni stasiun utama dan stasiun antara. Di stasiun utama terdapat tugas wajib yang harus dikerjakan oleh peserta didik, di samping itu terdapat tugas pilihan yang dapat dikerjakan oleh peserta didik di stasiun antara. Pada setiap stasiun belajar disediakan juga kunci jawaban dalam amplop yang dapat dilihat atau dibaca setelah peserta didik menyelesaikan tugas di stasiun tersebut. Hal ini siswa benar-benar jujur dan terbuka. Semua tugas yang harus diselesaikan oleh setiap individu atau kelompok di setiap stasiun disusun dalam suatu lembar kerja yang disebut Laufzettel.


Manfaat metode Stationlernen


Manfaat metode ini adalah peserta didik lebih bersemangat dalam belajar, menanamkan sifat tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain (kerja tim), serta melatih kemandirian dan kejujuran. Hal tersebutlah yang menjadi nilai positif karena berbeda dengan metode lainnya. Siswa dapat merasakan pelajaran menjadi hidup, siswa tidak duduk mengantuk namun sambil jalan jalan keliling terasa santai, siswa dapat saling berdiskusi antara satu tim, siswa dapat serius mengerjakannya.


Namun, metode ini memiliki konsekuensi bagi guru, yaitu membutuhkan waktu untuk mempersiapkan materi yang cukup, sebelum proses belajar dimulai, guru harus mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan baik soal maupun kertas-kertas untuk puzzle, potongan kata, teka-teki, dll, menata ruang untuk stasiun-stasiun dan menata tugas di setiap stasiun, lebih baik bila satu stasiun dibuat kursi saling berhadapan, serta menyediakan waktu yang cukup untuk membahas hasil pemecahan soal atau tugas.


Metode Stationenlernen adalah metode belajar berbentuk terbuka, aktif, mandiri, dan bertanggung jawab, berlandaskan prinsip learning by doing yaitu mementingkan proses belajar untuk keterlibatan langsung bersifat permainan. Kegiatan ini menggunakan pendekatan komunikatif dan interaktif, khususnya bahasa Jerman. 


Stationenlernen dapat diterapkan dalam proses pembelajaran karena bersifat permainan yang mendidik dan menumbuhkan motivasi untuk menguasai suatu pembelajaran. Keaktifan dalam mengerjakan tugas-tugas di setiap stasiun, sehingga proses belajar melibatkan peserta didik secara langsung. Dengan adanya tugas-tugas yang dikerjakan secara mandiri, akan melatih peserta didik untuk bertanggung jawab pada tugas-tugas yang harus diselesaikan.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar