Belajar Semangat Toleransi di Institusi Pendidikan dari Ki Hajar Dewantara

Dilihat 5608 kali


Oleh:  P. Budi Winarto, S.Pd.*

Membangun Indonesia dengan segala keragaman suku bangsa, agama, dan golongannya merupakan tantangan yang berat karena dibutuhkan semangat toleransi dan pikiran yang terbuka untuk mengatasi perbedaan yang ada. Banyaknya jumlah institusi pendidikan di Indonesia seharusnya merupakan modal yang cukup baik untuk menanamkan bibit semangat toleransi karena institusi pendidikan sebagai tempat generasi muda menimba ilmu, sejatinya merupakan wadah untuk menghasilkan kader-kader bangsa yang memiliki semangat toleransi, mampu menerima perbedaan, dan berpikiran luas sehingga dapat membawa perubahan pada masyarakat ketika kelak mereka selesai menempuh pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, institusi pendidikan perlu melibatkan diri dalam usaha membangun generasi muda yang tidak hanya pintar dan siap kerja semata, tapi juga dewasa dan bijaksana menghadapi keragaman yang ada di masyarakat.


Institusi Pendidikan

Menilik kembali semangat pendidikan yang dikumandangkan Ki Hajar Dewantara, suatu institusi pendidikan perlu berintrospeksi dan bertanya pada diri sendiri apakah seluruh sivitas akademika telah memberi dan menjadi teladan bagi para siswa-siswinya?

Ing Ngarso Sun Tulodo bermakna yang di depan harus dapat menjadi teladan. Dalam hal ini apakah seluruh pengurus atau pengajar telah mengajarkan serta menunjukkan sikap hidup toleran dan kebesaran hati untuk menerima perbedaan kepada muridnya, baik melalui pengajaran teoritis maupun dengan teladan perilaku yang nyata? Institusi pendidikan selain sebagai tempat belajar juga sebagai tempat menempa diri sehingga perlu memberikan dukungan bagi siswanya agar mampu menjadi pelita bagi masyarakat.

Ing Madyo Mbangun Karso, adalah kewajiban institusi pendidikan untuk berinovasi menghadirkan suasana belajar mengajar yang mendukung semangat toleransi dan menghormati perbedaan di lingkungannya. Industrialisasi pendidikan kini membawa institusi pendidikan untuk berlomba-lomba menyediakan fasilitas yang memanjakan para muridnya. Dalam hal ini makna dari fasilitas tersebut sebagai pendukung suasana belajar mengajar yang kondusif mulai bergeser menjadi hal yang terkadang lebih penting dari proses belajar mengajarnya itu sendiri sehingga menyebabkan biaya pendidikan melonjak.

Ki Hajar Dewantara juga mengajarkan pentingnya suatu institusi pendidikan menjadi motivator bagi para siswanya. Motivasi yang diberikan pun tidak terbatas ketika sang murid masih menimba ilmu di institusi pendidikan saja tapi jauh setelah itu, memotivasi mereka untuk selalu tegar menghadapi kerasnya kehidupan.

Tut Wuri Handayani bermakna bahwa suatu institusi pendidikan harus mampu menanamkan semangat dan memberikan dorongan moral bagi siswanya agar dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat ini, institusi pendidikan harus menjadi motivator yang mendorong muridnya untuk menjadi pribadi yang berpandangan luas, menghormati perbedaan, dan toleran sesuai dengan semboyan Bineka Tunggal  Ika.

Ketiga falsafah yang ditawarkan Bapak Pendidikan tersebut sejatinya telah memberikan landasan yang kuat bagi institusi pendidikan untuk berperan dalam masyarakat. Sungguh ironis bila belakangan ini banyak institusi pendidikan hanya berlomba-lomba memasarkan diri untuk menarik minat sebanyak mungkin calon siswa dengan iming-iming fasilitas fisik semata. Ketiga falsafah tersebut kembali mengingatkan agar institusi pendidikan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas muridnya karena tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah membangun masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan merebaknya terorisme dan radikalisme, sudah saatnya institusi pendidikan mengambil peran aktif dengan mengubah dan menjadikan dirinya sebagai wadah persemaian bibit semangat toleransi bagi para muridnya.


Bibit Toleransi dan Keberagaman

Menanam bibit toleransi di institusi pendidikan membutuhkan komitmen, kerja keras dan waktu yang lama. Namun seiring dengan waktu, hasil yang indah pun akan dipetik ketika para murid tersebut menjadi pelita di tengah masyarakat dan ketika itu terjadi, reputasi institusi sebagai tempat menimba ilmu dan membentuk karakter semakin melambung. Beberapa hal dapat dilakukan untuk menjadikan institusi pendidikan sebagai wadah untuk menanam bibit toleransi pada para muridnya.

Hal pertama dan paling penting untuk menanam bibit toleransi dan keragaman adalah adanya komitmen dari pengurus institusi pendidikan. Tanpa komitmen ini, proses pembentukan karakter toleran dan menghormati perbedaan akan sangat sulit dilakukan. Komitmen ini juga perlu ditunjukkan dengan berbagai cara misalnya dalam aturan-aturan formal, pemberitaan, dan sebagainya. Hal ini berguna memberi informasi kepada seluruh sivitas akademika bahwa toleransi dan keberagaman merupakan hal penting yang dijunjung tinggi dan menjadi nilai yang diyakini dalam institusi pendidikan tersebut.

Para pengurus institusi pendidikan sangat perlu memahami semangat toleransi dan keberagaman ini. Hal ini penting karena merekalah yang bersentuhan langsung dengan para siswa dalam kehidupan sehari-harinya sehingga peran mereka dalam menjadi panutan dan tempat bertanya sangat penting. Untuk menanamkan semangat toleransi dan menghargai keberagaman, seluruh pengurus institusi pendidikan perlu memancarkan semangat tersebut dalam setiap pekerjaannya sehingga diperlukan pelatihan berkaitan dengan semangat toleransi secara berkelanjutan. Pelatihan ini diperlukan agar pengurus institusi pendidikan tanggap dan paham dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan isu toleransi dan keberagaman agar mampu menghasilkan solusi yang bijaksana dan diterima semua pihak. Dengan demikian ketika masalah yang menyangkut isu toleransi merebak di institusinya, para pengurus sudah siap bertindak dan mampu berperan dalam mencari solusi. Pada akhirnya peran pengurus institusi tersebut akan menjadi teladan bagi para siswanya dan meningkatkan citra positif institusi pendidikan tersebut.

Peran institusi pendidikan sebagai institusi yang netral juga sangat penting untuk menanamkan bibit toleransi ini pada siswa. Ketika menghadapi isu perbedaan dalam hal apapun, misalnya agama, gender, kelompok, dan sebagainya, institusi pendidikan perlu menempatkan diri dalam posisi netral dan berimbang dengan tetap menghormati perbedaan yang dimiliki setiap pihak. Dalam hal ini institusi pendidikan berperan memberi teladan kepada para siswanya untuk menghormati keberagaman sehingga setiap sivitas akademika dalam institusi pendidikan tersebut merasa aman dan terlindungi. Pesan bahwa institusi pendidikan menghargai dan melindungi perbedaan harus diketahui oleh semua orang sehingga pada akhirnya hal ini akan mendorong terciptanya suasana belajar mengajar yang kondusif dan menjadi keunggulan bagi institusi pendidikan tersebut.

Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah membina hubungan dengan pihak-pihak di luar lingkungannya, misalnya dari kelompok sosial, pengamat, LSM, dan sebagainya, untuk mencari dan berbagi pengalaman sebanyak-banyaknya. Pemahaman yang luas tentang situasi di masyarakat sangat diperlukan agar cepat mengambil tindakan bila dibutuhkan, misalnya cepat dalam mengantisipasi masuknya gerakan-gerakan negatif ke dalam lingkungannya dengan mempersiapkan langkah-langkah antisipasif. Memang disadari bahwa menjadikan institusi pendidikan sebagai pembibitan semangat toleransi sangat tidak mudah dilakukan, tetapi setidaknya menjadi langkah awal untuk meredam terorisme dan radikalisme di dalam lingkungan institusi pendidikan. Lebih dari pada itu, menanamkan semangat toleransi dan menghargai perbedaan dapat mengarahkan kembali institusi pendidikan pada amanah yang diletakkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu mempersiapkan manusia yang bermanfaat bagi masyarakat. - (*Guru SMP Pendowo Ngablak)


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar