Dari kegelapan awan tebal yang menyelimuti negeri ini, berangsur-angsur akan terbit cahaya terang, seperti halnya karya Kartini yang dibukukan J.H. Abendanon bertajuk Door Duisternis Tot Licht yang arti harfiahnya Dari Kegelapan Menuju Cahaya.
Bangsa Indonesia yang sedang mendapat cobaan selama lebih dari satu warsa ini, akan mendorong suatu kebangkitan. Ketika Ibu Pertiwi didera pandemi, Hari Kebangkitan Nasional menjadi momentum yang sangat berarti.
Seperti tahun lalu, tak ada perayaan meriah pada Hari Kebangkitan Nasional tahun 2021. Upacara bendera dilakukan secara virtual dengan peserta terbatas. Wajib mematuhi protokol kesehatan ketat, untuk memastikan tidak meluasnya penularan Covid-19. Kendati demikian, justru di saat ini peringatan yang sarat makna historis 113 tahun lalu itu semakin menemukan relevansinya serta bisa menjadi bahan refleksi bersama.
Kelahiran perkumpulan Budi Utomo 20 Mei 1908 adalah penanda bangkitnya Indonesia dari kolonialisme. Kelahiran organisasi modern pertama itu mendorong kemunculan pergerakan lain dan mengantarkan kemerdekaan Indonesia.
Nama Budi Utomo dipilih dengan semangat melahirkan nasionalisme dan bukan semangat kedaerahan. Budi Utomo, sesuai namanya, mengandung arti sangat mendalam, yaitu perilaku jujur, juga menyuburkan semangat kegotongroyongan serta solidaritas. Masyarakat waktu itu pun menyambut dengan sangat antusias. Tak sampai setahun, sekitar 10.000 pelajar dari sejumlah daerah bergabung dalam Budi Utomo (Kompas, 22/5/2020).
Semangat bela rasa
Ketika pandemi Covid-19 memporakporandakan tatanan kehidupan di dunia termasuk Indonesia, semangat bela rasa, saling bantu, dan gotong royong kembali menemukan konteksnya. Pengalaman ini meneguhkan sekaligus meluaskan kesadaran kita tentang makna solidaritas tanpa sekat serta toleransi atas semua perbedaan yang perlu terus dielaborasikan.
Pandemi Covid-19 merupakan salah satu tantangan terberat yang dihadapi dunia. Krisis kemanusiaan ini melahirkan konsekuensi kesehatan serta dampak sosial ekonomi yang parah. Namun situasi krisis ini hendaknya menjadi momentum meningkatkan kembali nilai-nilai humanitas. Kita perlu menebarkan semangat solidaritas, gotong royong, bela rasa, kepedulian kepada sesama, sebagai wujud nyata integritas sebagai bangsa.
Pada saat ini bangsa Indonesia harus lebur dalam semangat kebersaman. Jika the founding father, para pahlawan kebangkitan nasional itu berhasil meniupkan oksigen bagi sebuah api Indonesia, yang terbukti tangguh bertahan hingga saat ini sampai berusia 113 tahun, maka tugas kita sebagai bangsa Indonesia adalah terus menjaga nyala api tersebut agar tidak padam walau melewati masa-masa sesulit apapun.
Sudah 13 dasa warsa, perhimpunan Budi Utomo meletakkan dasar Kebangkitan Nasional bagi bangsa Indonesia. Tiga hal penting yang diretas tersebut adalah pertama, cita-cita untuk membela kemanusiaan, kedua memajukan nusa dan bangsa. Sedangkan yang diretas ketiga adalah mewujudkan kehidupan bangsa yang terhormat dan bermartabat di dunia.
Tiga substansi di atas merupakan makna Kebangkitan Nasional yang harus dipertahankan dan diaktualisasikan lintas generasi selaras dengan konteks dan zamannya.
Pada era pra kemerdekaan, Kebangkitan Nasional mampu menjadi roh gerakan perlawanan terhadap hegemoni penjajah. Pasca kemerdekaan Kebangkitan Nasional menjadi inspirasi implementasi pembangunan bangsa. Sedangkan di era reformasi membawa Indonesia menuju pada pengelolaan negara yang lebih transparan dan mengedepankan iklim demokratis.
Bangsa tangguh
Pada dasarnya peringatan Hari Kebangkitan Nasional bukan semata-mata kegiatan seremonial. Diperlukan tindakan yang lebih operasional dalam tataran praksis sebagaimana diamanatkan oleh para pendahulu bangsa ini.
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pada tahun ini sejatinya dapat dijadikan sebagai momentum untuk menggalang kembali semangat kebangkitan sebagai bangsa yang tangguh. Semangat untuk selalu optimis menghadapi berbagai tantangan yang menghadang di depan.
Tangguh dalam menghadapi pandemi Covid-19. Pandemi yang sudah melanda secara global lebih dari setahun ini menuntut kesabaran dan ketangguhan untuk menghadapi, agar laju sebaran Covid-19 bisa dicegah sedini mungkin. Kesiagaan menghadapi ancaman gelombang pandemi baru dengan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjadi jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Ketangguhan juga diuji dalam menghadapi beragam tantangan selama masa pandemi dengan beredarnya banyak misinformasi, disinformasi, dan hoaks. Demi menjaga kesatuan bangsa, sudah semestinya kita memanfaatkan ruang digital secara tepat dan bijak. Segala jenis hoaks, ujaran kebencian, dan berbagai jenis penyalahgunaan ruang digital yang mencederai semangat persatuan dan kesatuan harus dihindari. Sedangkan ketangguhan bangsa ini diuji juga dalam kebersamaan untuk memulihkan ekonomi nasional, salah satunya peluang untuk memanfaatkan ekonomi digital yang diprediksikan dapat menumbuhkan sektor perekonomian nasional.
Kita patut juga bersyukur benih-benih bela rasa bangsa ini sekarang masih ada. Ketika bangsa ini diterpa kesulitan, benih itu hidup kembali dan terus menyala laksana magma. Aksi positif individu dan berbagai komunitas dari beragam suku, agama, etnis, serta golongan lintas usia, kelas sosial, profesi, maupun korporasi menjadi buktinya.
Hari Kebangkitan Nasional ini menjadi titik awal dalam membangun kesadaran bergerak mengatasi segala permasalahan dan segera keluar dari jerat pandemi. Keyakinan dan ketangguhan kita sebagai bangsa besar terus diuji. Kita harus optimis bisa mengatasi semua rintangan tersebut.
Dengan ketangguhan kita, jutaan kunang-kunang yang serempak menyalakan cahaya budi akan memancarkan gelombang pencerahan sebagai penuntun bangsa ini ke arah kebangkitan.
Selamat Hari Kebangkitan Nasional ke-113.
(Penulis: Drs. Ch. Dwi Anugrah, M.Pd., Guru Seni Budaya SMK Wiyasa Magelang)
0 Komentar