Aktualitas Perempuan Dalam Tokoh Srikandi

Dilihat 11013 kali
Karakater Srikandi sebagai simbolisasi ketangguhan seorang perempuan
Dalam kancah jagat pewayangan siapa yang tidak mengenal tokoh Srikandi. Sosok Srikandi adalah salah satu tokoh perempuan di dalam pewayangan yang selalu diidolakan. Tokoh perempuan ini digambarkan memiliki kepribadian yang layak diketengahkan, antara lain sifat disiplinnya, bertanggung jawab, berani, terampil, memiliki sikap kepemimpinan, dan rela menyisihkan kepentingan pribadinya demi mendahulukan kepentingan negara.
 
Oleh karena itu, tidak sedikit perempuan Indonesia yang berjiwa patriot atau memiliki kepribadian demikian sering mendapat sebutan sebagai Srikandi Indonesia. Perempun yang menonjol dalam dunia pewayangan ini sering dijadikan sebagai simbol teladan bagi para perempuan penerus perjuangan bangsa Indonesia dalam berbagai bidang (Y. Murdiyati, 2004).

Riwayat Hidup Srikandi

Dalam dunia wayang, Srikandi begitu tersohor di pelosok negeri. Bukan hanya ia seorang putri keraton ternama atau ketutunan bangsawan. Memang semua itu benar. Ia lebih tersohor sebagai seorang prajurit perempuan yang sakti mandraguna, pemberani, cerdik, dan tangkas. Ia pun dalam sepak terjangnya tak segan-segan berani adu kedigdayaan kepada siapapun, tak peduli siapa orangnya, tua muda, besar kecil, yang mencoba melanggar batas kesusilaan.

Srikandi dilahirkan dari rahim Dewi Gandawati, seorang permaisuri raja Drupada dari kerajaan Pancala. Setelah menginjak remaja, Srikandi tumbuh menjadi seorang putri yang perilakunya mirip laki-laki, sigap, semampai, tak suka bersolek namun tetap cantik jelita. 

Setiap hari Srikandi rajin berlatih olah kanuragan, memanah, adu kesaktian sebagaimana yang dilakukan seorang ksatria pada umumnya. Tentu hal itu tidak lazim dilakukan sebagai seorang putri kerajaan. Namun, Srikandi bukan seorang putri biasa yang selalu bersolek, takut darah, manja dan bertekuk lutut terhadap kejantanan laki-laki. Ia mampu menembus batas tradisi kaum hawa pada umumnya dan tak peduli dengan pandangan  mengenai dirinya sebagai putri kerajaan.

Selepas usia remaja, Srikandi tertarik dengan Arjuna, ksatria panengah Pandawa. Untuk dapat bertemu dengan Arjuna di Kasatian Madukara, Srikandi terlebih dahulu belajar memanah kepada salah satu kekasih Arjuna yang bernama Larasati. Ketika Arjuna mengetahui Srikandi mempunyai bakat memanah, langsung diterima sebagai murid sekaligus kekasihnya. 

Tidak dalam waktu lama, Srikandi mampu menyerap semua ilmu yang diberikan Arjuna. Pada suatu ketika, Srikandi mendengar kerajaannya kedatangan pasukan dari Kerajaan Paranggubarja di bawah pimpinan Raja Jungkurmardeya yang ingin memaksakan kehendak meminang Srikandi dengan cara kekerasan. Sontak saja ia langsung turun ke gelanggang. Tak tanggung-tanggung Srikandi mampu mengalahkan Raja Jungkungmardeya yang berniat memporak-porandakan Kerajaan Pancala. 

Sepeninggal Raja Jungkungmardeya, Srikandi menjadi istri sah Arjuna. Karena keberanian dan keahliannya dalam memanah serta olah kanuragan, Srikandi selalu mendapat mandat menjadi pelindung dan senapati perang manakala kerajaan diancam bahaya.

Pada saat pecah Perang Bharatayuda, Srikandi berpihak pada Pandawa dan dinobatkan sebagai panglima perang menghadapi Panglima Perang Kurawa di bawah pimpinan Resi Bhisma. Ia dituntut untuk mampu memilahkan antara rasa dan sikap hormat serta berbakti kepada Resi Bhisma selaku leuhurnya dengan perasaan maupun sikap serupa terhadap negaranya. Dengan keyakinannya yang kokoh Srikandi mampu mengalahkan Resi Bhisma di medan dan laga. 

Aktualitas Perempuan

Narasi tentang Srikandi tersebut mengindikasikan tokoh tersebut memiliki peranan sentral yang mendudukkan aktualitas perempuan di posisi terhormat. Tokoh ini divisualisasikan memiliki sifat-sifat kepemimpinan, semangat juang tinggi, tegas, loyal, disiplin, tanggung jawab, dan rela berkoban untuk kepentingan negara. 

Fakta sejarah membuktikan, saat ini sudah banyak muncul pemimpin-pemimpin dari kalangan perempuan yang mendapat sebutan Srikandi karena titian kariernya mampu menduduki posisi terhormat. Dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini keterwakilan perempuan diakomodasi dari  lima posisi menteri dipegang oleh perempuan. Mereka itu adalah Sri Mulyani (Menteri Keuangan), Ida Fauziah (Menteri Ketenagakerjaan), Siti Nurbaya Bakar (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan), I Gusti Ayu Bintang Puspayoga (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), dan Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri).

Tokoh Srikandi secara faktual sudah dapat dibuktikan dapat menjadi simbol aktualitas dan kiprah perempuan dalam mengabdikan dirinya untuk negara tanpa memandang strata yang melingkupi sosial budaya mereka. 

Di samping itu secara implisit, sosok Srikandi dapat mengedukasi masyarakat, bahwa emansipasi atau kesetaran gender sudah ada sejak zaman dulu. Dengan demikian, tak berlebihan bila peran perempuan saat ini identik dengan simbolisasi tokoh Srikandi Indonesia. 

(Oleh: Ch. Dwi Anugrah, Ketua Sanggar Seni Ganggadata Jogonegoro, Kec. Mertoyudan, Kab. Magelang)

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar