Kolang-Kaling Magelang Ada Di Lereng Gunung Menoreh

Dilihat 1260 kali
Perajin kolang kaling di Dusun Sigabug Desa Ngargoretno Salaman, Kabupaten Magelang
BERITAMAGELANG.ID - Kolang-kaling identik dengan kolak, minuman manis campuran gula dan santan yang biasa dikonsumsi saat berbuka di bulan Ramadan. Penghasil kolang kaling di Kabupaten Magelang, berada di wilayah pegunungan Menoreh, tepatnya di Dusun Sigabug Desa Ngargoretno Salaman, berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo DIY.

Untuk mencapai wilayah ini harus dengan perjuangan yang cukup berat karena berada di ketinggian hampir 900 mdpl. Jalanan menanjak dan cukup terjal, bahkan di beberapa bagian harus melewati jalanan berbatu.

Di sini, ada sekitar 11 dari 25 kepala keluarga yang menjadi perajin kolang kaling. Selain banyak pohonnya, perajin juga mengambil bahan dasarnya dari Kulonprogo dengan cara 'menebas'. 

Mereka mencarinya di wilayah Kecamatan Samigaluh Kulonprogo. Salah satunya Widiasmoro. Ia sudah puluhan tahun menjadi perajin kolang kaling. Hasil olahannya ia jual ke pasar Dekso Kalibawang Kabupaten Kulonprogo. Namun, ada juga juga pedagang dari Borobudur yang mengambil dan dijual lagi di pasar tersebut.

Rata-rata, mengolah kolang-kaling dilakukan bersama dengan keluarga atau bisa dikatakan menjadi industri rumah tangga (home industry). Biasanya yang laki-laki mencari kolang-kaling kemudian memotong-motong dari batangnya, kemudian istri dan anak-anaknya membantu merebus, mengupas hingga merendam sampai layak untuk dijual.

Perajin lainnya, Trimakno yang mengolah kolang kaling di rumahnya bersama dengan istri. Ia mengaku dalam satu hari bisa memproduksi sekitar 10 kg kolang kaling bersih. Usaha ini juga sudah ditekuni sejak lama. Hanya saja, untuk Ramadan kali ini, permintaan menurun karena masih dalam pandemi Covid-19. 

"Biasanya sudah banyak yang memesan, namun puasa kali ini agak berkurang," katanya.

Meski demikian, ia tetap tidak berputus asa. Memanfaatkan gadget, ia menawarkan kolang-kaling secara online melalui grup-grup Whatsap. Para pemesan biasanya berasal dari Borobudur, Godean Sleman dan Gunung Kidul. Sekali pesan ada yang sampai 20-50 kg. 

"Cukup terbantu dengan penjualan secara online," ujarnya.

Di bulan puasa ini, harga jual juga mengalami kenaikan dibanding hari biasa. Saat ini per kilogram dijual mencapai Rp10 ribu/kg. Sedangkan di hari biasa hanya Rp5.000 sampai Rp6.000 saja.

Untuk memroses menjadi kolang-kaling, dibutuhkan waktu cukup lama. Setelah kolang-kaling dipetik dari pohon, kemudian dipangkai dari batang. Lalu dibiarkan dahulu selama satu hari atau lebih untuk menghilangkan getahnya. Sebab getah ini bila terkena kulit anggota badan bisa menyebabkan gatal. 

Setelah itu baru direbus bersama dengan kulitnya selama 1 jam. Kemudian ditiriskan dan dikupas satu per satu. Untuk mengupas harus menggunakan pisau yang tajam. Satu buahnya bisa berisi dua sampai tiga kolang kaling. Hasil kupasan kemudian direndam dengan air bersih sekaligus untuk menghilangkan mata yang ada di kolang kaling. Proses ini dilakukan hingga berkali-kali sampai menjadi kolang-kaling yang bersih dan siap untuk dijual.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar