Kebun Buah Manggis “Gaya Urakan” Berupa Alas Manggis

Dilihat 6959 kali
ilustrasi foto pusat penelitian dan pengembangan hortikultura.litbang pertanian.go.id

BERITAMAGELANG.ID-- Alas Manggis. Ya, alas atau hutan. Agaknya itulah bentuk kebun yang dapat "dibangun" di Indonesia, termasuk dikawasan lereng Merbabu bagian barat. Karena terbukti, setelah sejak tahun 2008 diupayakan untuk dibangun kebun buah Durian modern dikawasan itu "gagal total". Sementara Jumat lalu diakhir September 2020, penulis menjelajah belantara yang masuk  Kecamatan Candimulyo itu menemukan "ayat-ayat alamiah" yang digelar Allah berupa "alas Manggis". 


Penulis tidak boleh melewatkan untuk membacanya, dan bersama seorang petani lugu "Supangat" untuk memahaminya. Dengan daya mimpi saat terjaga (imajinasi), penulis menemukan samar-samar gambar besar tentang kebun buah Manggis "gaya urakan" atau dapat disebut 'alas" itu. 


Mengapa kawasan buah durian-modern gagal di daerah itu? Penyebabnya hanya satu, yaitu tidak berubahnya pola pikir petani tentang kebun buah. Tanaman buah durian yang baik adalah yang ketinggian pohon dewasanya tidak lebih dari 5 m. Kebun itu harus berada pada tempat yang terbuka atau "tenggar" yang memperoleh sinar matahari full sepanjang hari. Lalu dilakukan pemangkasan pucuk utama (toping), sehingga berkembang cabang buah horizontal. Tanaman lain yang mengganggu penyinaran harus dibuang. 


Tetapi kenyataannya, profil kebun dikawasan Candimulyo tidak pernah berubah. Bibit durian unggul yang ditanam petani ditengah belantara pohon liar tak teratur itu tumbuh menjulang mengejar sinar matahari yang terhalang banyak pohon kayu macam-macam. Akibatnya, buah durian yang munculpun banyak yang gagal karena busuk, atau kulitnya tebal dan rasa daging yang kurang enak. Gagal.


Mengapa manggis dipilih sebagai pemain baru? Karena pohon Manggis dapat hidup dan produktif dikebun "urakan" sekalipun. Hanya, tentu tidak maksimal. Tetapi, dari "ayat-ayat Allah" yang tersirat dialam menunjukkan bahwa, manggis dapat berbuah bagus, tidak busuk. Cuman, penyakit getah kuning masih terlihat disana-sini. Itu dapat diatasi, kalau petani mau.


Secara teknis, tanaman Manggis berdaun lebar, dia dapat hidup pada lahan dengan penyinaran agak kurang. Mungkin dengan sinar matahari sekitar 70% masih tumbuh bagus dan berbuah. Satu hal yang harus diperhatikan petani adalah jarak tanam Manggis. Tanaman Manggis bentuk tajuk pohonnya menjulang. Percabangannya melingkar, mendatar mungkin garis tengah tajuk maksimalnya bisa sampai 6 m. Tapi, tidak bertambah lagi secara ekstensif. Agar buah tetap rendah, disarankan ada pemangkasan pucuk tanaman (toping) setinggi 5 m, sehingga perawatan dan pemetikan buah gampang. 


Soal perawatan. Inilah masalah terbesar dari pengembangan buah ditingkat petani. Petani cenderung suka malas merawat tanaman buahnya. Harapan baru datang dari kaum petani muda yang sekarang mulai banyak menggeluti usaha pertanian. Gangguan yang sering membuat buah manggis rusak adalah karena adanya penyakit getah kuning. 


Penyakit yang disebabkan oleh banyak kemungkinan. Pertama karena kelebihan dan kekurangan air secara bergantiaan mulai dari pentil sampai buah masak. Cara mengatasinya, berikan air cukup, jangan terputus saat berbuah. Bisa melalui pipa atau irigasi tetes. Tanaman Manggis yang berada didekat kolam, lebih sedikit terserang getah kuning. 


Kedua karena buah pentil ditusuk oleh serangga, lalu masuk penyakit jamur hingga kedalam daging buah. Cara mengatasinya, dengan pengendalian hama memakai pestisida. Ketiga karena kekurangan unsur Kalsium (Ca), dapat diatasi dengan memberikan kapur pertanian  dolomit 2-6 ton/ha/tahun bersamaan dengan pupuk organik diawal dan akhir penghujan. Pemberian dolomit tidak harus dilakukan setiap tahun. Membiarkan rumput penutup tanah dibawah pohon Manggis akan mengurangi serangan getah kuning. 


Bagaimana merawat tanaman Manggis yang berupa 'alas manggis' dilereng Merbabu?. Itulah, penulis sedang mencari akal. Apakah ada ide..? Karena petani pemilik kebun yang wujudnya seperti hutan itu, suka susah diajak berubah. Kalau diajak ngobrol untuk perbaiki kebunnya, petaninya diam dan nggah-nggih. Tapi hingga tahun berikutnya, beberapa tahun berikutnya lagi, kebun masih sama wujudnya.


Selama ini, pemasaran manggis yang dilakukan petani lereng Merbabu itu, biasanya dibeli pedagang dari luar daerah dengan cara tebasan. Penulis menawarkan, agar dipanen sendiri, disortasi, degrading dan dijual kerjasama dengan Paskomnas Indonesia. Dengan begitu, petani akan tahu dengan pasti besarnya produksi dari kebunnya. Paskomnas akan memberikan bimbingan budidaya dan pasca panen yang benar bersama team teknisnya dari Kadin Indonesia. Kalau "alas Manggis" itu dapat diperbaiki dengan dukungan pemerintah daerah, agaknya akan bagus. *) Soekam Parwadi, Direktur Paskomnas Indonesia

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar