Asyiknya Melukis Payung di Kampung Homestay Borobudur

Dilihat 2476 kali
Payung dari pelepah pisang menjadi souvenir bagi pengunjung di kampung homestay Ngaran II Borobudur. Selain itu juga ada payung dari kain yang siap dilukis dan menjadi bagian dari wisata edukasi

BERITAMAGELANG.ID - Semakin beragam sajian kunjungan wisata ke Borobudur Kabupaten Magelang. Kini, wisatawan selain naik ke candi peninggalan dinasti Syailendra ini, juga bisa berkunjung ke kampung-kampung yang ada di sekitar candi. Salah satunya Kampung Homestay di dusun Ngaran II desa Borobudur, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari candi.


Di kampung homestay ini, wisatawan bisa membawa keluarga untuk menginap, kemudian berkeliling menikmati berbagai destinasi yang kini banyak bertebaran di sekitar candi. Di sini, disediakan paket wisata edukasi. Wisatawan yang menginap akan mendapatkan satu buah payung untuk dilukis. Bukan sembarang payung karena berbahan pelepah daun pisang. Tentu unik dan tidak semudah mendapatkan payung plastik.


"Ini punya nilai seni tersendiri dan kami ingin memberikan kenang-kenangan tak terlupakan kepada tamu yang menginap," kata Koordinator Kampung Homestay Borobudur, Muslim, Selasa (20/8).


Paket wisata edukasi ini merupakan ide dari para pengelola homestay terutama pemuda yang menangkap peluang usaha dari banyaknya kunjungan wisata. Antusias wisatawan lumayan bagus. Banyak yang tidak menyangka akan ada paket wisata edukasi bagi pengunjung yang menginap di kampung homestay. 


"Jadi ini semacam kejutan kecil dan rata-rata mereka menyambut antusias," kata Muslih.


Paket wisata lukis payung disebut Muslih baru satu-satunya di Kabupaten Magelang. Ide ini tercetus dari festival payung yang diadakan di Candi Borobudur tahun 2017. Selain itu juga terinspirasi dari salah satu relief di candi, karena digambarkan, pada abad 8 nenek moyang kita sudah memakai payung dengan menggunakan daun lontar.


"Karena sekarang ini mencari daun lontar sangat sulit, maka diganti dengan pelepah pisang mudah diperoleh. Hampir setiap rumah memiliki minimal 3 pohon pisang," ungkapnya.


Muslih juga menjamin keawetan payung menggunakan pelepah pisang karena dalam prosesnya diberi pengawet. Juga lem untuk menyambung pelepah dilakukan secara teliti, sehingga tidak bocor. Selain menggunakan pelepah pisang, juga menggunakan kain dan kertas semen.


Harga satu buah payung juga cukup beragam.


"Kalau paket dengan menginap harganya Rp 50 ribu/buah, namun untuk dijual Rp 60 ribu yang ukuran 50 cm," ujarnya.


Sedangkan untuk ukuran diameter 80 cm harganya Rp 80 ribu dan 100 cm seharga Rp 100 ribu.


Menurut Muslih, bagi yang tidak bisa melukis jangan khawatir karena di sini mereka akan diajari oleh ahlinya. Ada lima orang pemuda yang siap untuk mendampingi melukis.


Wisata edukasi ini, kata Muslih, tidak terbatas untuk tamu yang menginap saja. Mereka yang ingin belajar pun tetap dipersilahkan untuk bisa mengambil paket wisata ini. 


Karena masih baru, imbuh Muslih, masih belum banyak yang mengetahui kalau ada paket wisata edukasi. Dalam sehari, baru 3-5 payung yang terjual. 


Untuk membuat payung ini juga masih ada kendala peralatan karena belum memiliki mesin bubut. 


"Untuk membubut kayu, kami masih harus keluar desa," katanya.


Sedangkan untuk lagrangnya, terbuat dari limbah bambu yang mudah diperoleh di seputaran desa Borobudur.


Muslih berharap, dengan adanya wisata edukasi ini, jumlah kunjungan wisatawan yang menginap di kampung homestay akan bertambah. 


Di sini ada sekitar 32 homestay dengan jumlah kamar mencapai ratusan. Harganya cukup beragam antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Bahkan ada yang satu rumah dengan 3 kamar harganya Rp 500 ribu. 


Salah satu wisatawan asal Purworejo, Marni, mengaku senang dengan adanya edukasi wisata lukis payung. 


"Ya ini jadi pengalaman dan kenangan tak terlupakan. Walau tidak bisa melukis, tapi nekad aja. Yang penting senang, pulang bawa payung kenangan," katanya sambil tertawa.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar