Jelang Lebaran, Pesanan Kue Kereng Meningkat Tiga Kali Lipat

Dilihat 1951 kali
Salah satu perajin kue Kereng, Sukarti dari Dusun Kerten Desa Krincing Kecamatan Secang Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Warga Dusun Kerten Desa Krincing Kecamatan Secang Kabupaten Magelang, disibukkan dengan kegiatan membuat kue kering 'Kereng' di bulan puasa menjelang lebaran. Pesanan kue ini meningkat hampir tiga kali lipat dibanding hari biasa.


Di hari biasa, warga membuat hanya 5 kg, namun menjelang lebaran ini bisa meningkat antara 15-20 kg/setiap hari. Mereka mengerjakan kue kereng ini mulai selepas subuh hingga siang bahkan sore hari. Kemudian dilanjutkan setelah sholat Tarawih hingga dini hari.


Bahan dasarnya cukup sederhana, yakni tepung beras ketan, parutan kelapa dan gula pasir, namun tetap dibutuhkan ketelatenan. Kue ini dibuat secara manual dan masih sangat tradisional. Untuk memanggangnya masih menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Hal itu dilakukan karena perapian tungku panasnya lebih maksimal dibanding kompor gas.


Hampir 45 persen warga dusun ini menekuni usaha pembuatan kue yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan diwariskan secara turun temurun. Kue Kereng dibentuk semacam eggroll atau kue semprong. Hanya saja bentuknya lebih besar. Tidak ada yang tahu pasti, kenapa kue ini dinamakan kereng. Namun diperkirakan karena kue ini dibuat dengan lebih dulu diambil keraknya yang kering, maka dinamakan Kereng atau kerak kering.


"Ini hanya menduga-duga saja atau dihubung-hubungkan. Kita juga tidak tahu pasti kenapa dinamakan Kereng," kata Kepala Dusun Kerten, Ridho saat ditemui di rumahnya, Kamis (29/4/2021).


Ridho mengatakan, Kereng merupakan kue yang khas disajikan setiap lebaran. Rasanya campuran antara gurih dan manis. Gurih yang ditimbulkan dari parutan kelapa dan manis karena ada gula pasirnya.


Prosesnya pembuatannya, tepung ketan dicampur parutan kelapa dan gula pasir. Setelah diaduk, siap-siap dipanggang menggunakan wajan baja atau wajan yang tebal. Cara memanggangnya, satu centong adonan di tuangkan ke dalam wajan yang sudah diolesi minyak. Setelah itu adonan dilebarkan atau di 'letrekke'. Saat melebarkan sambil diulek dengan ulekan yang sudah dibungkus plastik.


Untuk mengulek adonan di atas wajan harus cukup tenaga karena tepung ketan bersifat liat. Setelah bagian bawah menjadi kerak dan tipis, maka adonan yang di atasnya diambil. Kerak ini kemudian digaris-garis sesuai ukuran, dan diambil satu persatu untuk digulung.


Kalau yang sudah terbiasa membuat, saat menggulung tidak perlu menggunakan kaos tangan, karena adonan ini cukup panas. Namun yang tidak tahan panas, mereka memerlukan kaos tangan.


"Berbeda dengan lebaran tahun lalu dimana pesanan hanya sedikit karena dampak dari Covid-19, tahun ini sudah kembali pulih. Pesanan sudah datang sejak sebelum puasa," kata Ridho didampingi istrinya Sukarti, yang juga perajin Kereng.


Mereka yang pesan selain para pedagang, juga ada yang 'ndadakke' atau membuatkan. Jadi pemesan hanya membawa bahan dasar, kemudian warga yang membuat.


"Jadi yang 'ndadakke' hanya membayar ongkos membuat saja," terangnya.


Pemasaran Kereng tidak hanya sebatas wilayah Magelang, namun juga sampai luar kota seperti DIY, wilayah Kedu, Jakarta bahkan sampai luar Jawa. Banyak warga Magelang yang tinggal di perantauan yang rindu dengan kue kering ini.


Ridho menceritakan, dulunya hanya ada tiga perajin kereng di Dusun Kerten, yakni mbah Kotimah (Almh), Mbah Badriyah dan Mbah Komariah. Kereng buatan para simbah ini ternyata disukai banyak orang. Hingga akhirnya pesanan terus bertambah. Karena tidak bisa memenuhi pesanan sendiri, mereka kemudian mengajari tetangga lain untuk ikut membuat, sekaligus membantu memenuhi pesanan yang terus bertambah. Hingga akhirnya, banyak tetangga yang bisa membuat kereng dan saat ini sudah menjadi mata pencaharian.


Kereng buatan Kerten ini, menurut Ridho yang juga Koordinator KWT Langgeng Rasa, bisa bertahan hingga enam bulan lamanya tanpa diberi bahan pengawet.


"Asalkan wadahnya tertutup rapat, maka bisa tahan sampai 6 bulan," ujarnya.


Ada dua jenis yang dibuat warga, yakni kereng murni berbahan tepung ketan, gula pasir dan parutan kelapa, ada juga kereng yang menggunakan campuran tepung beras biasa. Kalau kereng murni per kilogramnya Rp60 ribu, sedangkan yang campuran Rp30 ribu.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar