Jamasan Tari Topeng Ireng, Upaya Pelestarian Budaya Nusantara

Dilihat 5540 kali
Prosesi Jamasan Topeng Ireng di Muntilan sebagai upaya pelestarian budaya

BERITAMAGELANG.ID - Ragam kesenian berkembang di wilayah Magelang, tari topeng ireng menjadi salah satu kesenian paling digemari masyarakat. Kostum dan penampilan yang menarik menjadi keindahan yang menyatu. Konon, tarian topeng ireng menggambarkan ketangkasan prajurit dalam melawan legiun Belanda

Salah satu kelompok kesenian tradisional Topeng Ireng ada di Dusun Semawe Desa Sukorini Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Para kaum pria dewasa, wanita, hingga anak-anak yang merupakan penari di kelompok itu terlihat sibuk mempersiapkan sebuah ritual agung, mereka telah menggunakan kostum Topeng Ireng lengkap. Mereka berkumpul di titik lapangan desa sambil menata setiap keperluan ritual, seperti tumpeng ingkung, gunungan hasil bumi, hingga alat-alat gamelan dan bedug yang biasa digunakan dalam pentas. Dengan irama bedug, mereka berarak berjalan menuju sendang Pundong yang berjarak satu kilometer dari perkampungan dusun sambil mengusung gunungan dan aneka alat tetabuhan.

Dipimpin tokoh masyarakat, di sendang Pundung para anggota baru komunitas Topeng Ireng menjalani prosesi jamasan yakni menerima taburan bunga bersama air ke wajah yang sudah diberi doa sakral.

Menurut salah satu tokoh penari Topeng Ireng, Sumarjono, tujuan dari prosesi jamasan atau mensucikan adalah agar para penari yang merupakan generasi penerus seni ini lebih percaya diri dan senantiasa menjaga, melestarikan seni tradional tersebut.

"Diharapkan dengan melalui ritual jamasan ini, dapat memberikan energi positif terhadap para generasi muda untuk semakin mencintai dan menghargai setiap kesenian tradisional yang ada di masyarakat, tak terkecuali tari Topeng Ireng," jelas Sumarjono.

Sumarjono menceritakan tentang perkembangan seni Topeng Ireng saat ini sangat beragam, mulai dari lagu hingga irama dan kostumnya. Namun demikian, cikal bakal lahirnya tari Topeng Ireng berasal dari wilayah Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur  Kabupaten Magelang Jawa Tengah sekitar tahun 1950. Konon, tarian Topeng Ireng ini menggambarkan sekelompok prajurit gagah yang berkamuflase dalam melawan penjajahan belanda saat itu. Sehingga penampilan setiap penari saat dalam pentas selalu energik dan percaya diri.

Sementara dalam versi sejarah yang lain, tari Topeng Ireng ini dahulu dipercaya merupakan peninggalan dari salah satu wali sebagai sarana menyebarkan agama islam. Sehingga keberadaan tari ini sering digunakan untuk tradisi mengiringi kirab umat muslim seperti kirab kubah sebelum dipasang di atas masjid. Kubah akan diarak keliling desa dengan disertai kirab dan tarian yang diiringi rebana dan syair puji-pujian.

Seiring perkembangan zaman,  pada1989 Tari Topeng Ireng mulai masuk ke bentuk tarian kreasi baru yang memadukan syiar agama islam dan ilmu beladiri pencak silat. Setiap pertunjukannya biasanya dilakukan oleh 10 hingga 20 orang dengan pakaian khas mirip suku Indian. Hal itu karena dalam setiap tarian, ada mahkota besar yang biasa di sebut 'kuluk' dari bulu ayam di atas kepala para penarinya. Langkah kaki mereka penuh irama gemerincing dari rangakaian lonceng kecil-kecil, bersepatu bot, rumbai warna-warni keemasan pada pakaian setiap penari, dengan make up wajah bercoret hitam di antara bedak putih memberikan kesan nampak gagah percaya diri.

Syair yang didendangkan bersama alat musik tradisional juga tidak lagi bernada puji-pujian kasidah berbahasa Jawa saja, saat ini banyak kelompok tari ini memadukan gerak dan lagu dengan nuansa lagu dangdut dan pop.

Meski demikian, bagi Sumarjono perkembangan tari Topeng Ireng dengan perubahannya patut diapresiasi termasuk banyak kelompok baru di wilayah di Jawa Tengah memainkan tari ini.

Sementara itu menurut Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Ahmad Husain, saat ini sedikitnya ada 36 kelompok kesenian tradisional di wilayah Magelang. Jumlah tersebut diperkirakan terus bertambah dan tumbuh di masyarakat.

"Tari topeng ireng menduduki nomor 3 dalam kelompok kesenian yang paling digemari masyarakat di Kabupaten Magelang setelah Hadroh dan Jathilan. Tari Topeng Ireng mendapat tempat tersendiri di masyarakat, sehingga pekembangannya cukup signifikan dan mampu memutar perekonomian masyarakat," ungkapnya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar