Histori Batik 'Kere' Menoreh, Namun Kaya Motif

Dilihat 2622 kali
Perajin batik 'kere' di acara Membatik Bersama di Artos Mall Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Batik di lereng Menoreh memiliki sejarah panjang. Setiap goresan canting berjalan lamban, penuh ketelitian.


"Secara historis, keberadaan batik di perbukitan Menoreh diyakini sudah ada sejak jaman kerajaan,' kata perajin batik 'Kere' Menoreh, Widiharto saat ditemui BeritaMagelang.id dalam acara Peringatan Hari Batik Nasional Tahun 2019 di Artos Mall Magelang, Rabu (2/10) petang.


Warga Dusun Karangsari 1 Ngargoretno Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang ini menceritakan asal usul motif batik 'kere' nya.


Pria berusia 33 th yang akrab disapa Widi ini menceritakan, zaman dahulu berbagai motif batik keraton seperti parang, kawung truntung sidomukti sidoluhur dan lainnya sangat sakral. Hanya kalangan keraton saja yang boleh mempergunakannya.


"Batik keraton dikenal batik larangan. Yang mana masyarakat di luar tembok keraton dilarang menggunakannya," tutur Widi.


Karena kondisi itu, lanjutnya, lahir aneka motif batik di masyarakat, salah satunya batik kere. Batik kere memiliki ciri khas pada motifnya yakni simbol benda-benda di sekitar dusun perbukitan Menoreh.


"Dahulu perbukitan Menoreh merupakan wilayah kasultanan Mataram, sekaligus basis perjuangan Pangeran Diponegoro. Saat perang itu, diperkirakan motif batik keraton mulai dikenal masyarakat," jelasnya.


Melalui penelitian, motif khas lereng Menoreh seperti kricaan, marmer, blirik, gendis, godong garing, kodong kobong dan kolang kaling keli, kini lahir kembali.


"Mulai tahun 2011 saya juga mendesain motif sendiri, selain motif yang sudah ada. Sebenarnya ada puluhan motif di batik kere yang bisa diaplikasikan," ungkap Widi.


Karena unik motifnya, batik tulis 'kere', atau miskin masuk dalam destinasi Desa wisata Museum Marmer Menoreh. Batik kere juga merambah pasar modern.


Peringatan Hari Batik Nasional di Artos Mall, batik kere tampil bersama sejumlah perajin batik dari wilayah Magelang. Mereka membatik bersama di atas kain sepanjang 30 meter. 


Pengunjung bisa turut serta membatik bersama dengan sejumlah pembatik, termasuk dari Lembaga Disabilitas Indonesia (LDI). 


"Motifnya bebas bisa menggunakan canting atau kuas," kata Marketing Communication Artos Mall Keke Meidy.


Acara Membatik Bersama dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional Tahun 2019 ini juga diikuti anak-anak, pelajar, pengunjung maupun lainnya.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar