Gurih Dan Renyahnya Peyek Petho Paremono Sudah Sampai Belanda

Dilihat 2769 kali
Daroyah menunjukan produksi peyek petho yang sudah dikemas plastik

BERITAMAGELANG.ID - Semua orang pasti pernah makan peyek. Makanan ringan yang gurih dan renyah ini seringkali jadi kudapan untuk mengganjal perut yang lapar atau kadang juga jadi pelengkap makanan utama seperti layaknya kerupuk.


Jenisnya beragam, ada peyek kacang, peyek teri, peyek bayam, peyek paru, peyek petho, dan masih banyak olahan lainnya.


Ya rasanya yang gurih dan renyah sering bikin orang yang mengunyahnya sulit berhenti seperti saat makan kacang. Jika anda termasuk penggemar peyek, boleh coba Peyek Petho Bu Daroyah yang bahkan sudah terkenal sampai Belanda.


Peyek Petho Bu Daroyah atau Mbok Yah ini terbuat dari bahan dasar tepung beras yang dicampur dengan sedikit pati, diolah dengan bumbu bawang putih, kemiri, santan dan bumbu rahasia lainnya ini terasa begitu gurih dan renyah. Sekali ambil dijamin sulit berhenti mengunyah.


Dalam sehari Daroyah (61) mengungkapkan membuat satu adonan peyek sebanyak 10 kg dan digoreng jadi peyek petho menjadi 13 kg. Dia juga membuat peyek kacang tapi jika ada pesanan saja. Satu adonan itu memerlukan 6 kg ikan petho. Petho merupakan ikan air tawar berukuran kecil yang hidup bergerombol di air jernih dan mengalir, bukan genangan air, sehingga ikan petho sulit atau tidak bisa dibudidayakan.


"Pethonya dikirim dari Malang, Jawa Timur. Ada pemasoknya," kata Daroyah yang ditemui saat menggoreng peyek petho di rumahnya di Dusun Mertan Paremono Mungkid, Selasa (23/3/2021).


Peyek petho tersebut lalu dikemas dalam plastik dan dijual seharga Rp55.000 sampai Rp60.000 per kilogramnya.


"Kalau ada pembeli yang minta plastiknya dikasih label untuk oleh-oleh juga bisa. Harganya Rp70.000 per kilo," lanjut ibu empat anak ini.


Istri dari Nasipah (65) ini mengaku, peyek petho produksinya tidak pernah disetor kemanapun. Kebanyakan pembeli datang langsung ke rumahnya atau pesan online yang dikelola anaknya, Solikhin (28).


"Kebanyakan orang tahu dari saudara-saudara yang bawa oleh-oleh, kemudian mereka malah beli langsung ke sini," ujarnya.


Menjelang Ramadan, pesanan peyek petho Daroyah selalu laris dipesan. Bahkan saat ini dia mengaku sudah menutup pesanan untuk hari raya Idul Fitri karena jumlahnya sudah sangat banyak.


"Kalau diladeni semua pesanan lebaran bisa sampai 1 ton," ungkapnya sumringah.


Karena gurihnya, banyak orang datang lagi dan lagi untuk membeli peyek petho Mbok Yah. Kebanyakan dari luar kota, ada yang dari Jakarta, dan sebagainya. 


"Ini sudah sampai Belanda, ada orang Secang yang kerja di sana, tiap pulang ke sini bawa peyek ke sana. Di sana bisa sampai setahun kok tidak apa-apa katanya," selorohnya. 


Tapi, kata Daroyah, daya tahan peyek petho miliknya bisa sampai 5 bulan jika disimpan dalam wadah bertutup rapat.


Peyek petho Ibu Daroyah sudah eksis sejak 1990. Awalnya, Nasipah (suami Daroyah) mencari ikan yang dipesan juragan di desa lain. Suatu hari juragan tersebut sedang ada acara di luar rumah, jadi ikannya dikembalikkan ke Nasipah.


"Terus dibawa pulang, sama saya digoreng jadi peyek. Ternyata malah laku," ungkapnya.


Daroyah mengaku sebagai perintis atau yang pertama memproduksi peyek di Dusun Mertan Paremono Mungkid.


"Sekarang satu dusun sudah banyak yang ikutan jualan juga," kata dia.


Menurutnya, banyak pembeli yang memesan peyek pethonya untuk berbagai macam keperluan seperti oleh-oleh, hajatan, lamaran, rapat kantor, hingga suguhan lebaran.


"Kalau saya memang sejak dulu langganan peyek petho Mbok Yah, karena rasanya gurih dan pengolahannya diupayakan hiegenis karena juga sering mendapatkan bimbingan dari instansi terkait (Disdagkop UKM)," kata salah satu pelanggan, Zanuar.


Artikel ini sudah tayang sebelumnya di www.viva.co.id dengan judul Gurihnya Peyek Petho Magelang Sudah Sampai Belanda

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar