Gapura Cinta Negeri Lereng Merbabu Meriahkan HUT Kemerdekaan Indonesia

Dilihat 5353 kali
Gapura Cinta Negeri karya warga dusun Gejayan desa Banyusidi kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, menyambut HUT Prokalamasi ke 74.

BERITAMAGELANG.ID - Memeriahkan HUT ke 74 Kemerdekaan Republik Indonesia, warga Dusun Gejayan Desa Banyusidi Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang membuat gapura dari bahan limbah. Meski demikian, hasilnya sangat bagus dan siap diikutsertakan dalam Festival Gapura Cinta Negeri yang diselenggarakan Badan Ekonomi Kreatif, Kementerian Sekretariat Negara dan Kementerian dalam Negeri. 


Gapura yang dipasang di jalan masuk Dusun Gejayan lereng Gunung Merbabu ini berbentuk lambang negara, burung Garuda.


Salah satu tokoh masyarakat Gejayan, Riyadi menceritakan, gapura ini dibuat secara gotong royong oleh warga setempat, terutama para pemuda. Mereka dengan semangat gotong-royong yang sangat tinggi, bahu-membahu membuat gapura berukuran lebar 5 meter dan tinggi 7 meter.


Bahan-bahan yang digunakan tidak ada satupun dari bahan plastik karena sudah menjadi semacam kebiasaan warga di sini, untuk selalu memanfaatkan limbah yang ada di seputaran dusun.


"Ini salah satu cara untuk mengampanyekan cinta lingkungan serta memaksimalkan potensi tanpa ketergantungan bahan-bahan dari luar wilayah," tutur mantan Lurah Banyusidi ini.


Dikatakan, pembuatan gapura ini sudah dimulai sejak 26 Juli 2019. Warga mengumpulkan limbah yang ada di hutan, kebun maupun sawah. Seperti daun nangka, daun benda/bendo (Artocarpus elasticus), jerami, gedebong atau pelepah pisang, sabut kelapa, ijuk dan cemara.


Dengan semua bahan itu, warga merangkai menjadi gapura yang sedap dipandang dan penuh makna.


Bentuk burung Garuda yang berada di tengah menunjukkan keperkasaan dan kekuatan dalam berbangsa dan bernegara. Garuda juga dinilai sebagai binatang yang memiliki sifat gigih berjuang dalam mempertahankan hidupnya.


"Begitupun dengan kita sebagai warga, agar mampu berjuang dengan gigih untuk kemajuan bangsa dan bernegara," urainya.


Selain itu, imbuh ketua Padepokan seni "Wargo Budoyo" ini, Garuda juga mencengkeram kalimat semboyan bangsa kita Bhineka Tunggal Ika, yang artinya meskipun berbeda-beda namun harus tetap satu.


Dalam gapura juga terdapat ornamen tokoh wayang laki-laki dan perempuan yang terbuat dari jerami. Menurutnya, wayang merupakan warisan kebudayaan non bendawi yang telah diakui dunia. Wayang laki-laki dan perempuan merupakan lambang keseimbangan hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.


Riyadi yang juga salah satu tokoh Lima Gunung ini menambahkan, dalam membuat gapura, warga tidak memiliki kendala berarti. Karena pemuda setempat sudah sering kali membuat instalasi semacam ini untuk berkesenian untuk kegiatan Festival Lima Gunung. Apalagi di dusun ini ada pemuda bernama Parmadi yang ahli membuat desain, sehingga dapat membuat instalasi seni yang apik.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar