Dengan Sistem Ozon, Cabe Bisa Tahan 28 Hari

Dilihat 3323 kali
Peneliti Balitbangtan, Pejabat Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, Kepala Desa Sugihmas dan Gapoktan menyaksikan cabe hasil panen dengan sistem ozon di aula Desa Sugihmas, Selasa (08/05).

BERITAMAGELANG.ID - Sebanyak 40 petani yang berasal 12 gabungan kelompok tani (Gapoktan) di Desa Sugihmas Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang mengikuti workshop teknologi penekanan resiko paska panen cabai di aula balai desa setempat, Selasa (08/05). Workshop tersebut merupakan rangkaian akhir kegiatan Pilot ASEAN Cooperation Project; Reduction of Postharvest Losses for Agricultural Produces and Products(ASEAN PHL-R) di Indonesia oleh Balai Litbang Pertanian (Balitbangtan) RI bersama PT Agro Indo Mandiri (AIM).

Peneliti Utama Balitbangtan dan juga Assistant Team Leadher ASEAN PHL-R di Indonesia, S Joni Munarso menuturkan, kegiatan pilot ASEAN PHL-R telah dimuai sejak 6 Februari dan akan berakhir pada 23 Mei. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya survey dan penelitian lapangan, eksplorasi teknologi dan implemenatsi teknologi.

"Dari implementasi teknologi yang kita praktekkan dengan Gapoktan di Desa Sugihmas, hasil yang didapat sungguh menggembirakan karena terbukti bisa menekan atau menurunkan kehilangan paska panen secara signifikan," ujar Joni di sela workshop.

Joni melanjutkan, teknologi yang diterapkan diantaranya; penggunaan bagan warna cabai sebagai panduan panen oleh petani, penggunaan krat sebagai wadah cabai dalam pengankutan ke pengepul atau pengepak, sistem ozon sebagai anti mikroba, pengemasan kardus berperforasi dan penggunaan transportasi berpendingin untuk distribusi jarak jauh.

"Dengan pola atau sistem tersebut. Kehilangan hasil panen dapat turun dari 20-30 persen menjadi kurang dari 10 persen. Dengan demikian, hasil yang didapatkan oleh petani lebih banyak lagi," ungkapnya.

Joni menambahkan, pada prinsipnya teknologi yang dilakukan ini untuk meningkatkan produktivitas dan hasil panen cabai yang berkualitas (bagus), selain itu, untuk menekan penurunan kehilangan hasil panen. Adapun sistem ozonisasi, supaya cabai lebih segar, ketahanannya lebih lama (awet).

"Sistem ozonisasi kombinasi dengan pendingin bisa bertahan sampai 28 hari hingga tiga bulan, adapun tanpa pendingin bisa tahan sampai dua minggu," terangnya.

Ketua Gapoktan Ngudi Laras Dusun Banaran Desa Sugihmas, Ahmad Ma'rifin menuturkan, dengan pendampingan yang dilakukan Balitbangtan, para anggota Gapoktan lebih semangat dalam bertani cabai dan ada kesadaran menjual hasil panen melalui Gapoktan dengan sistem lelang yang transparan sehingga harganya lebih tinggi, dibanding menjual lewat tengkulak.

"Sejak ada pendampingan, kini Gapoktan yang saya pimpin bisa memiliki kas untuk pemberdayaan dan pengembagan anggota," ucapnya.

Ma'rifin membeberkan, harga cabai keriting saat ini di kisaran 15 ribu, sedangkan yang jenis rawit merah (RM) di kisaran 13 ribu.

"Saya berharap harga cabai stabil, tidak turun terlalu bawah dan tidak naik terlalu tinggi. Harga ideal untuk cabai keriting, berkisar antara 20 ribu hingga 30 ribu," lanjutnya.

Sementara itu, Kades Sugihmas, Srianto menuturkan, warganya berjumlah sekitar 4.309 orang yang tersebar di 12 Dusun.

"Dari jumlah tersebut, mayoritas merupakan petani cabai. Cabai merupakan tumpuan utama ekonomi warga kami," ucapnya. (san).

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar