Dari Ungkapan Cinta, Tempe Kaleng Magelang Tembus Ekspor Lintas Benua

Dilihat 4251 kali
Kemasan tempe kaleng Umiyako siap ekspor hasil produksi desa Sucen, Salam, Magelang, Jawa Tengah

BERITAMAGELANG.ID - Berawal dari kenangan, usaha rumahan tempe kaleng Umiyako produksi keluarga Dirjaya (56) di Desa Sucen Kecamatan Salam Kabupaten Magelang Jawa Tengah digemari hingga pasar benua Asia, Afrika dan Eropa.


Dirjaya mengungkapkan, awal ide usaha tempe kaleng Umiyako berasal dari mimpi sang anak, Kusuma. Saat itu anak saya bilang, ingin sekali mengenalkan tempe sebagai makanan khas Indonesia ke luar negeri.

 

"Jangan makanan luar negeri saja yang dikenal di Indonesia," kata Dirjaya menirukan ucapan anaknya.


Pada 2005 silam, bersama sang istri, Astuti (53) dan anaknya, Kusuma Winata Jati (24), Dirjaya mulai melakukan penelitian membuat tempe berkualitas, memiliki cita rasa enak, tanpa pengawet, namun daya tahan lama.

 

Proses riset agar tempe yang tidak tahan lama ini, lanjut Dirjaya, agar bisa diekspor butuh waktu bertahun-tahun. Tak hanya soal teknis pembuatan dan pengawetan tempe, juga soal pangsa pasar.

 

"Singkat cerita, dihasilkanlah tempe dalam kemasan kaleng dengan nama Umiyako Javafood. Jadi usaha ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Memang baru mulai terbuka beberapa bulan terakhir,"  lanjutnya.

 

Bahan dasar tempe kaleng Umiyako bukan memakai kedelai impor, melainkan kedelai lokal yang langsung dibeli dari petani di Wonosari, Pacitan dan Grobogan. Penggunaan kedelai lokal itu untuk memunculkan cita rasa tempe Indonesia yang kenyal dan padat. Selain itu, Dirjaya berharap dapat menambah kesejahteraan petani lokal.

 

"Tempe dari Indonesia terkenal lebih gurih, sehingga banyak disukai masyaraat luar negeri," sambungnya.

 

Proses pembuatan tempe kualitas ekspor Umiyako membutuhkan ketelitian yang tinggi. Selain menggunakan teknologi tinggi, ketepatan waktu dan kualitas bahan baku tempe ini dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet ataupun penguat rasa.

 

Sementara untuk rasa, Dirjaya memakai resep warisan yang selalu dipakai ibunya, Umiyati. Dahulu, ibu Dirjaya selalu menyediakan tempe setiap hari.

 

"Itulah sebabnya ada unsur nama Umiyati di dalam Umiyako, kepanjangan dari Umiyati Corporation," ujar Dirjaya mengenang sang ibu.

 

Selain mempertahankan takaran bumbu, proses pengolahan tempe kaleng Umiyako juga sangat memperhatikan proses pemasakan, yakni dalam suhu 175 derajat celsius dan tekanan 3 bar, sehingga tempe kaleng Umiyako dapat awet hingga 15 bulan.

 

Ada empat varian tempe kaleng Umiyako yang sudah di patenkan, yakni tempe gurih, kare, bacem dan sari tempe (sirup). Empat Varian tersebut berhasil menembus pasar ekspor ke Australia, Inggris, Qatar, Cekoslovakia, Arab Saudi, Suriname dan sebagainya. Permintaan dari negara-negara itu terus meningkat hingga 100 ribu kaleng.

 

Kusuma Winata Jati, General Manager Umiyako Javafood mengatakan, saat ini ada 17 karyawan membantu produksi tempe kaleng Umiyako serta menggandeng sejumlah koperasi tempe kedelai. Kapasitas produksi masih terbatas hanya 500 kaleng setiap harinya.

 

"Kami masih terkendala modal untuk membeli mesin baru berkapasitas produksi mencapai 200 ribu kaleng. Padahal pesanan dari beberapa negara terus meningkat," jelas Kusuma.

 

Kendala lain, menurut Kusuma adalah ketersediaan bahan baku kedelai lokal masih minim yakni hanya kisaran 50 kilogram saja.

 

"Kami berharap peran pemerintah bisa hadir. Agar perusahan kami bisa memenuhi permintaan luar negeri yang terus meningkat," harapnya.

 

Meski demikian, kerja keras Umiyako berhasil mengangkat tempe yang identik makanan lokal kelas bawah menjadi makanan berkualitas dunia, sehat bergizi tinggi tanpa meninggalkan cita rasa tradisionalnya.


"Ke depan kami akan memproduksi tempe crispy, dengan membuka gerai Rumah Tempe di sejumlah kota besar, agar masyarakat Indonesia lebih gemar makan tempe", pungkasnya.

Editor Fany Rachma

1 Komentar

Hendrikus Priharso 25 Maret 2018 22:16
Sudah terlambat jika saat ini kita baru bangga dan mencintai produk dalam negeri. Selama ini kita bangga bisa memakai produk luar. Saatnya kita sekarang bangga hasil karya bangsa sendiri.

Tambahkan Komentar