Candi Ngawen Masih Ditutup Untuk Pengunjung Selama Pandemi

Dilihat 1266 kali
Juru Pelihara (Jupel) Candi Ngawen, Mantoro sedang melakukan perawatan rutin batu candi

BERITAMAGELANG.ID - Candi Ngawen yang terletak di Desa Ngawen Kecamatan Muntilan, masih tutup belum menerima kunjungan wisata. Seperti yang dikatakan oleh Juru Pelihara (Jupel) Candi Ngawen, Mantoro, candi tersebut telah tutup satu tahun karena pandemi Covid 19.


"Tutup mulai tanggal 16 Maret tahun 2020, sudah hampir satu tahun pandemi Covid 19 Candi Ngawen tidak dibuka untuk umum.


Seperti candi-candi kecil lainnya di bawah naungan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) juga tutup semua," terang Mantoro, Sabtu (6/3/2021).


Selain masih dalam kondisi tutup dari wisatawan, candi utama Candi Ngawen juga masih diselubungi plastik, guna antisipasi debu vulkanik erupsi Gunung Merapi. Candi ditutup plastik mulai 4 Februari 2021.


"Hanya Candi utama saja yang dibungkus plastik, dan belum dilepas karena Gunung Merapi masih erupsi, dan belum ada perintah dari BPPTKG untuk melepas plastik tersebut.


Alasan mengapa hanya candi yang terbesar saja yang dibungkus plastik, karena akan lebih sulit untuk membersihkannya jika terkena debu vulkanik, sebab harus naik ke bagian atas candi," terang Mantoro.


Meskipun demikian, Mantoro tetap melakukan pembersihan rutin, untuk membersihkan lumut yang mudah tumbuh dipermukaan batu saat musim hujan.


"Pertumbuhan lumut pada musim hujan cepat ditambah lichen alge paling lumut satu minggu dibersihkan sudah tumbuh lagi. Oleh karena itu perawatan dilakukan setiap hari, membersihkan lumut," jelas Mantoro.


Di komplek Candi Ngawen terdapat lima candi, yang ditemukan sekitar tahun penemuan 1811. Pemugaran pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1925 hingga 1927, pemugaran selanjutnya pada tahun 2011-2012.


Di antara lima candi, masih terdapat empat candi yang belum selesai pemugarannya dan masih berbentuk pondasi. Dan satu candi yang sudah selesai pemugarannya ditutup dengan plastik.


"Batu bagian bangunan candi yang hilang atau belum ditemukan, maka untuk menyusunnya digantikan dengan batu pengganti, yang dibentuk sedekian rupa agar dapat disusun gabung dengan batuannya, membentuk wujud bangunan candi. Sebagian besar adalah batu pengganti," papar Sumantoro.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar