BPCB Jateng Ekskavasi Situs Mantingan Abad IX

Dilihat 1717 kali
Tim BCPB Jateng Ekskavasi ke tiga Situs Mantingan Kecamatan Salam Kabupaten Magelang

BERITAMAGELANG.ID - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, melakukan ekskavasi tahap tiga di lokasi penemuan Situs Petirtaan Mantingan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Reruntuhan Candi Petirtaan yang dibangun sekitar abad IX itu akibat terkena erupsi Gunung Merapi. 


Ekskavasi tahap ketiga ini telah dilakukan tanggal 1 sampai 10 Oktober. Ekskavasi dilakukan di bagian selatan, sebagai tindak lanjut dari ekskavasi tahap pertama dan kedua. 


Pengkaji Cagar Budaya, BPCB Jawa Tengah, Junawan mengatakan ekskavasi dari tahap 1 sampai 3 ini untuk melengkapi komponen yang sebelumnya. Memang ada beberapa komponen baru yang ditemukan tim. Tim BPCB juga memperkirakan masih banyak lagi komponen lain di lokasi tersebut.

Eksavasi tahap tiga ini membuka sisi selatannya, untuk memastikan bentuknya.


"Jadi kalau 1, 2 kemarin sudah mengidentifikasi atau diduga petirtaannya ada beberapa tipe, ada tipe kolam, seperti letter U atau setengah kotak. Ini kemarin berhasil kita pastikan kalau itu bentuknya setengah kotak atau letter U,” kata Junawan.


Dalam ekskavasi yang dilakukan tersebut, tidak ditemukan adanya prasasti. Untuk itu, melihat profil candi, pondasi, kemudian belah rotan, menunjukkan model klasik pertengahan sekitar abad IX.


Karena tidak ada prasasti yang jelas menunjukkan angka tahunnya, maka tim ekskavasi memakai pertanggalan relatif melalui profil candi yang dari bawah mungkin pondasi, kemudian di genta, kemudian belah rotan, belipit dan seterusnya. 


"Itu menunjukkan model-model klasik pertengahan sekiar abad IX,” kata Junawan. 


Untuk temuan terbaru dari ekskavasi kemarin, kata dia, menemukan bentuk ujung dari petirtaan sayap barat. Kemudian, melihat ujung struktur tersebut diduga saat proses pembuatannya ada semacam rekayasa. 


“Bentuk ujungnya struktur petirtaan ini dulu waktu proses pembuatannya ada semacam rekayasa. Jadi, suatu lereng gunung yang menyatu dengan bukit Singo Barong kemudian dipangkas, kemudian diletakkan struktur dari petirtaan itu. 


Pada bagian ujungnya hanya di tampakkan sisi mukanya sedikit dan setelah itu padas lagi,” tuturnya. 


Menyinggung perihal pentingnya penemuan Candi Petirtaan ini, kata Junawan, merupakan bagian candi yang berfungsi mengalirkan air suci yang diyakini untuk menolak bala, penghapus dosa. Penemuan ini jelas sangat penting karena termasuk bagus, baik bahannya maupun ukuran selama ini di Jawa Tengah termasuk besar. 


"Kalau nilai perlu pentingnya yang jelas dari raga biasa juga itu termasuk bagus, mewah, dari bahannya juga bagus dan dalam ukurannya kalaupun selama ini di Jawa Tengah ini termasuk besar,” kata dia. 


Ekskavasi pada tahap satu, dua, tiga, katanya, sifatnya ekskavasi penyelamatan. Tim sudah memperoleh data, berupa bentuk, proses runtuhannya. Dari data itu nantinya ditindaklanjuti dengan langkah-langkah pelestarian lainnya dengan studi kelayakan.


"Jadi nanti dari hasil studi kelayakan dan teknis pada akhirnya akan dilakukan pemugaran,” ujarnya. 


Penyebab runtuhnya bangunan candi tersebut, katanya, karena erupsi Gunung Merapi. Hal ini berdasarkan limpasan vulkanik, kemudian dari Sungai Bathang yang ada di 300 meter sisi timur dan sebuah sungai tua.


Meski demikian tim ekskavasi belum mengetahui erupsi Merapi tahun berapa karena tidak ditemukan arang maupun lainnya untuk diteliti.


"Diperkirakan, ketika terjadi luapan limpasan lahar sudah di Sungai Bathang tidak menampung mengalir ke sungai tua tersebut dan juga penuh akhirnya melimpas ke petirtaan itu,” pungkasnya. 

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar