Menariknya Workshop Mengupas Cerita Relief Borobudur

Dilihat 2403 kali
Workshop Hulubalang, mengupas cerita relief Candi Borobudur

BERITAMAGELANG.ID - Candi Borobudur adalah kiprah pamungkas pengejawantahan Budhisatwa dalam mencapai kesempurnaan Budha yang penuh makna kebajikan.


Demikian diungkapan Salim Lee, tokoh pemerhati relief Candi Borobudur di hadapan puluhan peserta Workshop Hulubalang Borobudur 'Nguri-uri warisan leluhur', Rabu (11/9).


Kegiatan Internalisasi Pelestarian Candi Borobudur Melalui Pembelajaran Pembacaan Relief Candi Borobudur itu merupakan kerjasama Balai Konservasi Borobudur (BKB) bersama Komunitas Budhist peduli terhadap Borobudur (Jinabhumi).


"Ini diharapkan dapat mengangkat kembali marwah dan nilai-nilai yang terkandung di dalam Candi Borobudur, serta menyebarkan kepada masyarakat luas agar lebih mengenal dan peduli terhadap keberadaan dan kelestariannya," kata Koordinator Yanmas BKB Sri Sularsih di sela kegiatan.


Kegiatan ini, lanjut Sri, berlangsung selama dua hari, Selasa hingga Rabu 10-11 September 2019. Materi yang diberikan adalah mengupas tuntas 1.460 panel relief Karmawibangga, Jataka dan Lakitavistara.


"Ini membuka wawasan baru tentang ribuan relief Candi Borobudur. Selama ini kita hanya tahu sepotong-sepotong. Melalui narasumber para ahli kita jadi lebih tahu interprestari, manifestasi dari sutera itu sendiri," tutur Sri.


Secara fisik, Candi Borobudur disusun menggunakan batu andesit, memiliki panjang 121,66 meter, lebar 121,38 meter, dan tinggi 35,40 meter. Candi Borobudur dengan struktur seperti punden berundak, semakin ke atas semakin mengecil. Strukturnya terdiri atas 9 teras berundak (6 teras berdenah persegi dan 3 teras berdenah lingkaran). 


Menurut filsafat agama Budha, Candi Borobudur merupakan tiruan alam semesta yang terdiri dari  tiga tingkatan secara vertikal, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.


Kegiatan ini diikuti 50 orang, dari HPI Borobudur, Magelang dan perwakilan HPI dari Yogyakarta, para pemandu di Taman Wisata Candi Borobudur, dan Pemandu Balai Konservasi Borobudur.


Menurut perwakilan Jinabhumi, Sugiharto, kajian ini juga menjadi salah satu metode pengembangan konservasi untuk kelestarian Candi Borobudur, warisan dunia yang diakui UNESCO.


"Naskah yang menceritakan semua relief dan tingkatan Kamadhatu, Arupadhatu, dan Rupadhatu kita sudah mendukung," tutur Sugiharto.


Struktur Borobudur yang berbentuk piramida berundak tanpa atap dengan 10 teras ke atas, dan di puncaknya terdapat kubah berbentuk genta besar, merupakan sebuah perpaduan yang harmonis dari stupa, candi dan gunung, sehingga dapat dianggap sebagai mahakarya arsitektur Budhis dan seni monumental.


"Borobudur mengungkapkan, kita hidup sebagai manusia potensi terrtinggi yang dapat kita jalani apa, menjadi apa," pungkasnya.


Peserta kegiatan ini terlihat antusias karena mendapatkan wawasan dan pemahaman baru tentang apa makna dan pesan yang ada pada relief Candi Borobudur. Setiap materi dikupas satu persatu secara detail oleh narasumber.


Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar