Berkah Kemarau Bagi Buruh Penyambung Tanaman

Dilihat 1562 kali
Jasa okulator atau penyambung tanaman di Kajoran Kabupaten Magelang laris di musim kemarau
BERITAMAGELANG.ID - Di antara musim kemarau dan pandemi Covid-19, ada berkah bagi para penghitung atau jasa gunting cabang untuk menghasilkan varietas baru pada tanaman.

Petani dengan keterampilan langka ini hanya terdapat di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di kawasan Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.

Tim kecil biasanya bergerak dengan tenang dan tepat di antara vegetasi yang rimbun.  

Dengan pisau kecil yang disebut pemes dalam bahasa lokal dan selembar plastik es kecil panjang, mereka akan memulai aktivitasnya di pagi hari sebelum matahari bersinar sempurna.

"Pemes ini khusus hanya untuk nempel saja. Tidak untuk lainnya," kata Saroji seraya memastikan ketajaman senjata andalannya itu. 

Ia merupakan salah satu okulator Sumbing sudah menekuni kerja itu sejak usia belasan. Ia biasa bekerja bersama 3-7 orang, tergantung jumlah pohon yang akan disilangkan.

Pria berusia 30 tahun ini menceritakan berkat pengalaman menyilangkan tanaman itu dirinya memiliki penghasilan setiap hari. Untuk ongkos jasa Saroji mendapat Rp2500 per dahan yang disambung.

"Minimal dapat bayaran 100 ribu setiap kerja," ujarnya.

Penuh cekatan, para okulator ini memotong entres (dahan yang akan disambungkan) dan mengupas sedikit kulit dahan tanaman yang akan disambung. Okulasi (budding) atau penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sehingga menjadi satu kesatuan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas buah dan tanaman.

Okulator lain, Kirno mengungkapkan bukan perkara mudah dalam melakukan okulasi jika tidak tepat waktu, titik dahan dan sterilnya maka hasil penyilangan akan gagal tumbuh.

"Kalau bisa jangan terkena air. Makanya bagusnya saat kemarau," jelas Kirno.

Ditambahkan Kirno, wilayah Kecamatan Kajoran memang terkenal akan potensi produk aneka bibitan tanaman yang dijual secara online ke berbagai daerah. Karena dijual online itu maka pada masa pandemi tidak berpengaruh terhadap transaksi bibit warga Kajoran.

Dari kegiatan pembibitan, lahirlah keahlian menyambung tanaman. 

Kirno mengatakan, karena rawan air, pada musim kemarau, keterampilan berhitung akan dijual dan digunakan oleh pengumpul atau penanam tanaman di daerah tersebut. 

"Pandemi dan bertepatan dengan musim kemarau, kami semakin disibukkan dengan banyaknya pesanan sambung tanaman. Penghasilan bisa Rp100 ribu lebih," kata Kirno sambil tersenyum. 

Ratusan dahan telah disambung dan dibungkus plastik saat matahari tepat di atas kepala. Itulah kenang-kenangan bagi para penyambung tanaman untuk beristirahat sambil kembali mengasah pemes lengan kecil mereka agar lebih tajam dan cepat menambah berkah rejeki bagi keluarga.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar