"Bajingan Kaleng", Jajanan Ndeso Oleh-Oleh Khas Borobudur

Dilihat 4315 kali
Bajingan Kaleng produksi Rumah Ketela Borobudur

BERITAMAGELANG.ID - Bajingan, makanan khas Borobudur Kabupaten Magelang, tidak hanya digemari warga setempat, namun juga masyarakat pendatang. 

 Makanan berbahan dasar ketela atau singkong, yang dimasukkan dalam rebusan air nira kelapa ini sudah jarang ditemui. Hanya di acara-acara tertentu seperti arisan atau pertemuan, makanan yang rasanya manis ini dibuat.

Karena jarang ditemui, makanan tradisional khas pedesaan ini banyak dikangeni para perantau. Saat pulang ke Magelang, banyak di antara mereka yang mencari atau minta dibuatkan bajingan. 

Bahkan saat mereka sudah tiba kembali di tempat merantau, jajanan ini masih dicari, bahkan ada yang minta dikirimi. Namun karena makanan ini cepat basi, maka tidak mungkin mengirimkan jajanan basah ini keluar kota.

Salah satu pengusaha makanan tradisional di Borobudur pun berpikir, bagaimana memenuhi keinginan warga perantau yang kangen jajanan desa ini.

"Iya banyak yang mencari jajanan Bajingan, rata-rata mereka yang tinggal di luar kota," kata Maidar Sutomo, salah satu pengusaha makanan tradisional di Kecamatan Borobudur, Kamis (8/10/2020).

Ida, panggilan akrabnya membuat Bajingan dalam kemasan kaleng yang diberi label "Bajingan Telo". Makanan basah yang dikemas dalam kaleng ini bisa dikonsumsi orang luar kota tanpa takut basi. Bajingan kaleng juga bisa dijadikan oleh-oleh.

"Bajingan kaleng bisa tahan sampai satu tahun," kata Ida yang juga pemilik Rumah Ketela Borobudur.

Pemrosesan Bajingan kaleng ini, kata Ida, dilakukan di Borobudur dan Yogyakarta. Di Borobudur, Bajingan dibuat setengah matang terlebih dahulu. Setelah itu dibawa ke Yogya untuk proses pengalengan. 

"Kita bawa ke Yogya karena di Magelang belum ada (proses pengalengan)," ujarnya.

Pemrosesan di Yogya dilakukan dengan tekonologi tinggi dan higienis. 

"Ini seperti halnya gudeg kaleng, nah prosesnya sama," kata Ida.

Karena ongkos produksinya mahal, maka harga per kaleng juga lebih mahal sebesar Rp25 ribu dengan bobot 300 gram. Untuk operasional kalengnya saja sudah Rp12.500.

“Jadi jatuhnya memang mahal," jelas Ida.

Ia menjamin rasa Bajingan kaleng dengan yang biasa tidak ada bedanya. 

"Hanya keawetannya saja yang beda. Kalau yang tidak di kaleng, satu hari saja kadang sudah basi," ungkapnya.

Selain Bajingan kaleng, ia juga membuat bajingan dengan dibungkus vakum. Untuk bajingan yang divakum ini bisa tahan sampai 24 jam bila disimpan dalam freezer. Untuk harga juga jauh lebih murah, hanya Rp10 ribu per 300 gram.

Ida mengakui, Bajingan kaleng ini sudah banyak dipesan oleh orang luar kota. Bahkan makanan ini juga dipamerkan di Bandara Yogyakarta International Airport, Kulon Progo DIY.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar