Aksi Sosial Perajin Blangkon di Masa Pademi Covid 19

Dilihat 1255 kali
Perajin blankon Dedi Supraba warga Borobudur Kabupaten Magelang

ERITAMAGELANG.ID - Pandemi Covid-19 menggerakan seorang warga Kabupaten Magelang melakukan aksi sosial denga melatih membuat blangkon. Memang masa pandemi Covid 19 membuat masyarakat harus tetap menjaga jarak dan beraktifitas di rumah. Dari kondisi itu melahirkan motifasi Dedi Supraba, warga Dusun Ngentak, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang untuk tetap berkreasi dengan membina kelompok masyarakat untuk tetap produktif dan menghasilkan sesuatu yang positif ditengah keterbatasan.


Dengan tekun, Dedi memanfaatkan waktu melatih pemuda di sekitar tempat tinggalnya untuk membuat blangkon. Pria berusia 36 tahun ini mengaku awalnya hanya coba-coba untuk membuat blangkon pada sekitar tahun 2010 silam. Ia pertama hanya mengamati para pembuat blankon dan kemudian belajar di rumah.


"Kalau belajar yang secara serius baru akhir-akhir ini," kata Dedi Jumat (7/8/2020).


Menurutnya selama Pandemi Covid-19 kendala dalam pembuatan blangkon terletak pada berkurangnya daya beli masyarakat. Namun untuk bahan baku dirinya mengatakan tidak terlalu kesulitan. Meski demikian kreasi blangkon yang dibuatnya tak pernah sepi pesanan.


Selama ini dalam sehari dirinya dapat menghasilkan satu buah blangkon dengan kualitas yang baik. Walaupun menurut Dedi, hal itu tidak dapat menjadi acuan karena sistem pengerjaannya hanya dilakukan selama waktu luang.


"Targetnya satu hari selesai satu blangkon. Tapi ya itu gak bisa buat acuan karena garapnya juga cuma pas ada waktu luang. Namun selama Pandemi ini justru banyak waktu untuk garap blangkon," terangnya.


Dirinya juga menghimpun pemuda dan ibu-ibu PKK sekitar tempat tinggalnya untuk dilatih menggarap sebuah blangkon, kamus kristik dan perlengkapan busana Jawa lainnya. Kegiatan itu satu minggu diadakan dua kali pertemuan di rumahnya. 


Ditambahkan Dedi untuk materi belajar itu para pemuda adalah cara membuat blangkon, sedangkan ibu-ibu PKK didesanya membuat kamus kristik. "Walaupun ada perlengkapan busana Jawa lainnya yang kami buat. Sementara hanya untuk mengisi waktu luang," ungkapnya.


Secara khusus Dedi mahir membuat blangkon gaya Yogyakarta dan Surakarta. Menurutnya ada perbedaan yang khas antar keduanya yang jarang diketahui oleh masyarakat umum. Dedi juga menyarankan agar masyarakat senantiasa memegang 'pakem' atau kesesuaian dalam berbusana adat Jawa. Karena selain simbol budaya, keagungan busana Jawa juga memiliki makna adiluhung yang juga mencerminkan pribadi pemakainya.


"Disesuaikan. Kalau busana jawanya arahnya ke Surakarta ya blangkon dan kerisnya nanti gaya Surakarta. Jangan dicampur-campur. Menurut saya sebaiknya begitu," terangnya.


Dedi berharap pandemi covid 19 segera berakhir, sehingga upaya melestarikan tradisi bersama pemuda dan ibu ibu PKK dapat berjalan normal dan bermanfaat menjadi bekal untuk berwirausaha.

Editor Slamet Rohmadi

0 Komentar

Tambahkan Komentar