Air Terjun Sumuran, Pesona Mistis Tersembunyi Gunung Telomoyo

Dilihat 7371 kali
Air terjun Sumuran Desa Seloprojo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, di lereng gunung Telomoyo
BERITAMAGELANG.ID - Meskipun daya tarik wisata air terjun Sumuran belum dibuka karena pandemi Covid-19, tidak ada salahnya kita mengetahui lebih dalam tentang obyek wisata alam ini. 

Terletak di dusun yang lumayan tinggi dan cukup tersembunyi di desa Seloprojo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, air terjun ini memiliki pesona keindahan yang luar biasa.

Air terjun ini berada di ketinggian sekitar 1.100 mdpl, berada di lereng gunung Telomoyo. Tinggi air terjun sekitar 40 meter dengan air yang tidak pernah surut sepanjang tahun. Air yang tumpah ke bawah benar-benar dari sumber mata air. Jadi bisa dibayangkan kejernihan dan kesegaran air alami ini.

Tepat di bawah air terjun, merupakan lubang mirip sumur yang diyakini oleh penduduk setempat sedalam 30 meter. 

"Kita pernah mencoba mengukur dengan bambu dan memperkirakan kedalamannya mencapai 30 meter," terang Sunar, salah satu pengelola air terjun Sumuran ini.

Karena ada lubang mirip sumur yang menampung air terjun, maka lokasi ini dinamakan Sumuran. Air dari sini mampu mengairi areal perkebunan dan sawah yang ada di Seloprojo. 

 "Bahkan warga dari desa Pagergunung juga mengambil air dari sini," kata Sunar.

Ada yang unik dengan keberadaan air terjun Sumuran ini, yakni selama keberadaannya, sumur ini tidak pernah kemasukan batu ataupun lumpur dan tanah. 

"Meski hujan turun dengan deras, tidak pernah membawa material batu dan tanah," ungkapnya.

CERITA NAGA

Sunar menambahkan, konon menurut cerita nenek moyang, air terjun Sumuran ini ada penunggunya. Yaitu mahluk gaib menyerupai ular naga, namun tidak pernah mengganggu.

"Jadi cerita dari kakek nenek pendahulu, di sini ada penunggu berupa mahluk gaib yaitu ular Naga. Namun demikian belum ada warga yang melihatnya. Jadi kita hanya meyakini legenda itu, ular Naga golek Kencono," imbuh Sunar.

Untuk mencapai air terjun Sumuran, ada tantangan tersendiri. Dari jalan raya, wisatawan masuk sekitar 3 kilometer. Melintasi permukiman warga lebih dahulu dengan jalanan yang cukup menanjak. Kemudian 10 menit sebelum mencapai air terjun, wisatawan akan berhenti di tempat parkir dan sini sudah ada loket untuk membeli tiket. Masih cukup murah per orang hanya Rp4 ribu. 

"Kalau boncengan dua orang naik motor yang bayar Rp10 ribu, karena yang Rp2 ribu untuk parkir," katanya.

Sampai di lokasi ini, wisatawan bisa naik motor ataupun roda empat. Hanya saja perlu diingat, karena ini jalanan cukup menanjak, sebaiknya jangan menggunakan motor matic.

Setelah memarkir mobil, maka wisatawan harus jalan kaki melalui jalan setapak sekitar 10 menit. Namun jangan khawatir kelelahan karena sepanjang jalur menuju air terjun, wisatawan akan disuguhi pemandangan yang indah, berupa perkebunan hortikultura. 

Wisatawan juga akan melintasi hutan teduh dengan pohon pinus yang rimbun. Sehingga untuk melepas lelah, wisatawan bisa berhenti untuk mengambil gambar atau selfie. 

"Oh iya, di sini wisatawan juga bisa membeli sayur milik warga dengan memetik sendiri. Harganya dijamin masih murah karena dibeli dari petani langsung," imbuh Sunar.

Ketika perjalanan sudah mencapai air terjun, maka segala lelah setelah berjalan akan sirna. Wisatawan bisa menikmati suasana air terjun yang eksotik. Di lokasi ini ada beberapa gazebo yang sengaja dibangun untuk istirahat.

Sarana lainnya adalah musola yang terletak tepat di samping depan air terjun. Juga ada beberapa tempat untuk selfie dengan latar belakang air terjun.

Wisatawan juga bisa merasakan dingin dan segarnya air terjun ini dengan membasuh muka ataupun kaki di bawahnya. Ada air mancur kecil-kecil yang dibangun untuk membasuh muka.

Kepala Desa Seloprojo, Gunadi menambahkan, wisata air terjun Sumuran diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Magelang dan desa setempat. Karena lokasi ini dinilai potensial untuk menjadi daya tarik wisata andalan di wilayah Kabupaten Magelang.

Untuk saat ini, Sumuran masih belum direkomendasikan untuk dibuka karena pandemi Covid-19. Namun di hari biasa, wisatawan sudah banyak yang berkunjung.

Gunadi juga mengingatkan, untuk wisatawan yang datang hendaknya tetap memelihara kebersihan dan menjaga lingkungan. Jangan sampai tempat ini ternodai oleh tingkah laku manusia yang tidak baik.

Ia menceritakan, pernah suatu ketika tempat ini dijadikan lokasi kemah anak-anak sekolah. 

"Sudah diingatkan supaya tetap menjaga perilaku, namun karena tidak diindahkan, banyak di antara mereka yang kesurupan," ungkapnya.

Menurut Gunadi, karena tempat ini benar-benar masih murni dan air yang terjun benar-benar dari sumber mata air, masyarakat setempat masih meyakini ada kemistikan di baliknya. 

"Ya masih ada bau-bau mistik karena kami memang benar-benar hidup di desa. Jadi kita semua wajib untuk memelihara keaslian tempat ini," pesannya.

Editor Fany Rachma

0 Komentar

Tambahkan Komentar